JAKARTA - Kekeringan di Thailand bisa mengancam kondisi ekonomi. Bahkan rekor suhu panas di negara tersebut bisa memicu kemiskinan.
Melansir VOA, Sabtu (26/8/2023), Thailand menderita kekeringan yang disebabkan oleh peristiwa cuaca El Nino, yang mengeringkan lahan untuk bercocok tanam palawija penting di kawasan pertanian negara itu.
Curah hujan di Thailand kini di bawah rata-rata pada tahun ini, dengan penurunan 25% secara nasional hingga Juli, menurut Departemen Meteorologi Thailand. Ini memaksa pemerintah untuk menganjurkan sebagian petani agar beralih ke tanaman lain yang menggunakan lebih sedikit air jika penanaman belum dimulai.
“Curah hujan lebih sedikit di bagian tengah Thailand selama beberapa bulan terakhir. Sementara itu Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) mengatakan Juli adalah bulan paling panas dalam sejarah. Tetapi bulan paling panas dalam setahun bagi Thailand adalah April,” kata Chaowat Siwapornchai, pakar cuaca di Bangkok.
“Sebagai tren jangka panjang, kami terus menghadapi kenaikan suhu yang tahun ini berkombinasi dengan El Niño, yang menimbulkan situasi yang kita hadapi,” tambahnya.
Fenomena La Nina adalah pendinginan alami air di bagian tengah dan timur Samudra Pasifik. Ini terjadi setiap beberapa tahun, tetapi mempengaruhi perubahan cuaca di seluruh dunia. Pola El Niño berdampak sebaliknya, menimbulkan air yang hangat, membawa cuaca lebih kering dan mengurangi curah hujan, berkontribusi pada cuaca panas yang ekstrem di Asia. Panas ekstrem juga umum terjadi tahun ini di India, China, Laos, Pakistan dan Vietnam.