JAKARTA - J.B Sumarlin dijuluki sebagai pendobrak gigih berintegritas. Kelahirannya di tempat yang tidak biasa, yakni di sebuah sawah di mana saat itu sang ibu yakni Karmilah sedang bekerja di antara tanaman padi tiba-tiba merasakan sakit perut.
Meski tidak mendapatkan kasih sayang yang utuh dari orang tua, Sumarlin cukup mendapatkan perhatian dari sang kakek.
Pada masa itu, masih adanya stigma kolot yang di mana kodrat Perempuan masih terbelenggu dengan “dapur,sumur,Kasur”, sehingga untuk seorang Perempuan, mengenyam pendidikan bukanlah hal yang utama. Dikarenakan hal tersebut, Sumarlin pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, saat itu kakek Sumarlin mengirimnya ke sekolah desa atau volksschool.
Seperti anak-anak pada umumnya, Sumarlin memiliki kegemaran untuk bermain bola tanpa alas kaki bersama dengan teman-temannya.
Hidup berpindah-pindah demi mengenyam pendidikan yang baik, sempat ada satu masa dimana Sumarlin harus memilih keputusan besar untuk menjadi tentara seperti dengan teman-temannya atau melanjutkan sekolah formal. Pada akhirnya, Sumarlin memilih untuk berada di sekolah formal.