JAKARTA - LRT Jabodebek sebagai sarana transportasi umum baru bisa ditinggal para penggunanya. Penyebabnya mulai dari tarif sampai waktu tunggu kereta yang terlalu lama.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai rencana penerapan tarif dynamic pricing atau tarif dinamis untuk LRT Jabodebek belum tepat.
Menurut Anggota YLKI Tulus Abadi, penerapan tarif akan lebih maksimal jika pelayanan atau kebutuhan pelanggan sudah ideal. Misalnya dalam segi waktu tunggu kedatangan kereta ataupun layanan lainnya.
Pasalnya penumpang akan lebih memilih menggunakan transportasi lainnya ketimbang menggunakan LRT Jabodebek.
"Ya belum, harusnya kalau diterapkan tarif dinamis itu kalau sudah menjawab kebutuhan ideal konsumen. Kalau tarif dinamis atau mahal nanti ditinggalkan konsumen dan nggak laku, karena banyak opsi lainnya, ada transjakarta, KRL atau lari ke sepeda motor," katanya kepada wartawan ditulis, Jumat (17/11/2023).
Tulus menyoroti, jumlah trainset LRT Jabodebek yang hanya dioperasikan 8 trainset. Dengan kondisi tersebut maka headwaynya akan berada di kisaran 30-60 menit.
"Kalau headwanya satu jam. Mana ada itu angkutan massal yang headwanya satu jam. Itukan enggak lucu, lima belas menit aja enggak lucu ini ko satu jam," katanya.
Oleh karenya, dengan kondisi tersebut, Tulus menilai bahwa pemerintah dan operator lebih baik kembali menerapkan tarif promo flat sebesar Rp5 ribu atau Rp10 ribu dalam kondisi saat ini. Hal ini guna membangun loyalitas pelanggan LRT Jabodebek.
"Kembali ke tarif promosi dulu mau Rp 5.000 atau Rp 10.000 untuk membagun loyalitas pengguna sampai headwaynya kenbali normal," ujar Tulus.
Sebelumnya, Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati mengatakan akan ada sistem pengenaan dynamic pricing atau harga dinamis untuk layanan LRT Jabodebek.
Adita menjelaskan, pengenaan tarif tersebut nantinya disesuaikan dengan jam operasional pada peak hours (jam sibuk) yakni pada pukul 05.00-10.00 WIB dan 16.00-20 WIB dan non peak hours pada pukul 10.00-16.00 WIB.