Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Periskop 2024: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 Tetap Optimistis Capai 5%

Arfiah , Jurnalis-Senin, 08 Januari 2024 |07:03 WIB
Periskop 2024: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 Tetap Optimistis Capai 5%
Periskop 2024: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Ini Capai 5% (Foto: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA – Kondisi perekonomian Indonesia di tahun 2024 dipercaya tetap bisa tumbuh di kisaran angka 5%. Meski begitu, terdapat sejumlah tantangan yang akan dihadapi Indonesia.

Hal tersebut diyakini oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengatakan, bahwa dirinya optimis mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa bertahan di angka 5% pada tahun 2024.

“Indonesia masih tumbuh di 5%. Jauh dari rata-rata global yang cuma 2,9%,” kata Presiden Jokowi, saat Seminar Nasional di Jakarta, Jumat, 22 Desember 2023.

Proyeksi pertumbuhan itu membuat Presiden meminta kepada seluruh pihak, baik pemerintah dan swasta untuk turut bersinergi serta optimis akan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024. Optimisme Presiden Jokowi juga dirasakan oleh Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani. Menkeu mengaku bahwa terdapat harapan bagi perekonomian Indonesia di 2024.

Sri Mulyani mengatakan, suku bunga di negara-negara maju kenaikannya luar biasa ekstrem selama 15 bulan. Perihal suku bunga The Fed, naiknya melebihi 500 basis poin hanya dalam waktu 12 bulan. Sementara, China pun mengalami masalah yang cukup struktural.

Sri melanjutkan, terkait kondisi tersebut, apabila dilihat dari konstelasi perekonomian dunia, bahwa semuanya mengalami persoalan struktural dan menghadapi shock dari sisi policy-driven, seperti kenaikan suku bunga.

Kondisi tersebut berkaitan dengan perekonomian Indonesia di 2024, bahwa suku bunga itu bisa lebih pendek dari 24 bulan dan 18 bulan. Bahkan, terdapat harapan penurunan suku bunga di second half 2024.

Lebih lanjut, Sri mengatakan, kondisi itu menimbulkan harapan dan optimisme sebab hal terburuk dari kenaikan suku bunga telah dilewati. Optimisme turut dirasakan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Dirinya mengaku, pada 2024 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh mencapai 5,2%.

“Dalam jangka pendek kami optimis ekonomi RI di 2023 tumbuh di atas 5% dan tahun 2024 tumbuh di 5,2% di tengah berbagai downside risk yang kita hadapi,” ujar Airlangga.

Airlangga menjelaskan terkait proyeksi yang diberikan oleh World Bank, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa di kisaran 5% hingga tahun 2026 mendatang.

Lebih lanjut, dia memaparkan, Indonesia berada di atas rata-rata pertumbuhan baik negara maju maupun berkembang. Tingkat inflasi relatif terkendali, dan Indonesia adalah salah satu yang berhasil mengembalikan inflasi ke target sasaran. Serta, rasio utang Indonesia masih aman di bawah 40%, yaitu 38%.

Tak hanya Kepala Negara serta para Menteri yang merasa optimis terkait pertumbuhan ekonomi 2024 tetapi juga Bank Indonesia (BI). Hal itu lantaran BI menyebut ketidakpastian global akan mereda di tahun 2024.

Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan, bahwa ketidakpastian global sudah mereda karena inflasi di Amerika dari berbagai kelompok barang sudah turun. Sehingga, membuat suku bunga The Fed tetap berada di 5,5%.

“Sampai dengan kuartal II, kuartal III kami perkirakan suku bunga The Fed akan mulai turun dan terus akan mengalami penurunan seiring dengan penurunan inflasi di Amerika,” ucap Juda Agung.

Dengan demikian, Juda Agung optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di kisaran 5%. Sehingga masih berada dalam range yang ditetapkan, sebesar 4,7% sampai 5,5.

Lebih lanjut, Juda menyebut, inflasi sudah di bawah 2% tepatnya 1,8%. Selain itu, kalau dilihat dari Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 2,8%.

Senada dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi ketidakpastian dan risiko ekonomi global akan mereda di tahun 2024.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengungkapkan, bahwa likuiditas dan kecukupan modal sektor jasa keuangan baik perbankan, pembiayaan, dan pasar modal terjaga baik.

Kondisi tersebut membuat dukungan serta kesiapan sektor jasa keuangan untuk menopang fokus prioritas konsentrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2024 juga baik.

Di sisi lain, Ekonom Senior sekaligus Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, bahwa dirinya pun sependapat dengan pernyataan yang disampaikan oleh Menteri Keuangan, BI, dan OJK mengenai tren ekonomi.

“Enggak banyak negara yang bisa tumbuh 5% hari ini seperti Indonesia,” katanya.

Sejak tahun lalu pun, Chatib Basri menyatakan probabilitas Indonesia terkena resesi terbilang kecil. Serta, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa berkisar 4,9% sampai 5% di tahun 2024.

Tantangan Ekonomi Indonesia 2024

Meski beberapa pihak telah menyatakan soal optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 berada di kisaran 5%. Indonesia tetap harus waspada akan tantangan yang bisa saja terjadi.

Hal tersebut diimbau oleh Presiden Jokowi, untuk selalu berhati-hati karena ketidakpastian global masih kerap terjadi.

Presiden mengungkapkan, penyebab ketidakpastian datang dari konflik di Timur Tengah yang masih terjadi. Sehingga, membuat harga minyak dunia tidak stabil.

“Harga komoditas pangan yang lainnya harus kita hati-hati. Perkiraan, harga-harga di 2024 belum normal,” kata Jokowi.

Senada, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, bahwa masih ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi Indonesia. Contohnya seperti di tahun 2023 perkembangan ekonomi domestik tidak mudah.

“Harga komoditas masih tinggi, tensi geopolitik belum mereda, dan negara maju masih menghadapi bunga tinggi untuk masa yang lebih panjang,” ujar Airlangga.

Di samping itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mengingatkan untuk harus berhati-hati dan waspada. Sri menyebut persoalan yang perlu dilihat adalah masalah fundamental, fragmentasi, dan geopolitik.

"Persoalan yang barangkali kita perlu lihat, lebih ke masalah fundamental, seperti aging di China itu kan tidak bisa di-reserve dengan policy immediately, kalau masalah properti dan NPL itu juga tidak bisa kalau dilakukan restructuring, tidak akan bisa immediately memberikan pengaruh terhadap growth. Jadi ini masalah fundamental," jelas Menkeu.

Lalu, masalah fragmentasi dan geopolitik kemungkinan menyebabkan perekonomian yang sangat terglobalisasi. Investasi dan perdagangan yang tadinya bisa berlalu lalang dan menimbulkan mesin pertumbuhan, kini menjadi semakin terfragmentasi.

Tantangan lain juga disebutkan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung, bahwa tugas Indonesia adalah bagaimana tetap mengendalikan harga-harga bahan pangan supaya tetap stabil di 2024.

Sementara itu, dalam menghadapi tantangan yang kemungkinan bakal terjadi, OJK berkomitmen untuk fokus pada pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024.

“Dari pada terus membicarakan tantangan, lebih baik fokus pada motor pertumbuhan ekonomi dan investasi. Serta, membangun sinergi dan strategi ke arah sana,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar.

Lanjutnya, OJK mendorong Lembaga LJK untuk terus memonitor potensi risiko, termasuk melakukan stress test ketahanan terhadap gejolak pasar, serta melakukan strategi mitigasi risiko dalam rangka menjaga ketahanan permodalan dan likuiditas.

Ekonom Senior Chatib Basri menambahkan, terkait beberapa hal yang perlu diantisipasi dari kondisi global. Salah satunya, terdapat kesepakatan di pasar bahwa kemungkinan di paruh kedua 2024 ada ruang untuk The Fed menurunkan tingkat suku bunga.

“Tapi di sisi lain, saya ingin mengingatkan bahwa defisit angaran di Amerika itu mencapai 9%. Dan kalau probabilitas dari resesi Amerika menurun, maka implikasinya adalah perusahaan di Amerika itu akan mulai melakukan ekspansi. Artinya, permintaan terhadap Dolar Amerika Serikat itu akan mengalami penurunan,” ujar Chatib Basri.

Kemudian, dirinya menyebut, bahwa apabila tren pasar seperti itu, pemerintah dan Bank Indonesia perlu mengantisipasi seandainya terjadi excess supply.

“Kedua, soal China. China mungkin akan tumbuh sekitar 4,5% di tahun depan. Kalau sensitivity analisisnya kalau pertumbuhan ekonomi China naik 1,1%, maka Indonesia akan turun 0,3%. Jadi, kalau dia sekarang di 5,3 turun ke 4,5 mungkin impact-nya ke ekonomi Indonesia sekitar 0,2%,” tutur Chatib.

Menurut Chatib, tantangan ketiga yang tidak bisa diprediksi adalah konflik Hamas dengan Israel. Akan tetapi, sejauh ini harga minyak masih terkontrol. Namun, tidak pernah diketahui akan berlangsung sejauh mana.

“Ke empat, dari sisi global mengenai El Nino. Ini dampak dari kenaikan harga beras yang signifikan,” lanjutnya.

Menurut Ekonom Senior itu, berbagai program bantuan yang diberikan untuk masyarakat seperti bantuan pangan dan bantuan tunai dirasa sudah mampu mengantisipasi kondisi-kondisi yang telah dia sebutkan

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement