Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Gubernur BI Ungkap Alasan Rupiah Lebih Perkasa pada Akhir 2023

Anggie Ariesta , Jurnalis-Selasa, 30 Januari 2024 |13:18 WIB
Gubernur BI Ungkap Alasan Rupiah Lebih Perkasa pada Akhir 2023
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bicara soal Rupiah (Foto: BI)
A
A
A

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melaporkan nilai tukar rupiah pada akhir Desember 2023 secara point to point (ptp) menguat 1,11% yoy dibandingkan akhir tahun sebelumnya, atau lebih baik jika dibandingkan dengan Baht Thailand dan Peso Filipina yang hanya menguat masing-masing sebesar 0,76% dan 0,62% yoy.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, perkembangan harga apapun baik inflasi maupun nilai tukar rupiah selalu dipengaruhi oleh dua faktor utama, satu supply dan demand serta kedua adanya berita.

"Begitu inflasi misalnya supply demand tentu saja berpengaruh. Meskipun banyak suplai dan demand terkendali tetapi kalau ada berita-berita misalnya lebaran maka harga-harga naik. Demikian juga nilai tukar yang secara fundamental mestinya menguat," kata Perry dalam konferensi pers Hasil KSSK, Selasa (30/1/2024).

Perry melanjutkan, fundamental tersebut karena neraca perdagangan kita terus surplus. Surplus neraca perdagangan berarti hasil ekspor dan permintaan valas untuk impor kan lebih banyak valasnya untuk dari ekspor.

Selain itu, adanya pertumbuhan ekonomi tinggi, inflasi rendah dan imbal hasil SBN juga saham berkembang baik yang menjadi faktor fundamental yang mestinya rupiah menguat.

"Kenapa tadi? kedepan kecenderungannya menguat. Tetapi dalam jangka pendek ada faktor-faktor berita satu dua minggu yang berpengaruh ke tekanan nilai tukar. Tidak hanya rupiah tetapi mata uang seluruh dunia," jelas Perry.

Dengan demikian, BI melihat kedepan, nilai tukar Rupiah akan tetap stabil dengan kecenderungan menguat didukung oleh meredanya ketidakpastian global, kecenderungan penurunan yield obligasi negara maju, dan menurunnya tekanan penguatan dolar AS.

Positifnya perkembangan nilai tukar Rupiah ke depan didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia serta penguatan strategi operasi moneter pro-market Bank Indonesia dalam rangka menarik aliran masuk portofolio asing dan pendalaman pasar uang.

Selain itu, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement