Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Singapura Negara Paling Dilirik untuk Pencucian Uang, Kasus Terbaru sampai Rp33 Triliun

Feby Novalius , Jurnalis-Senin, 15 April 2024 |05:24 WIB
Singapura Negara Paling Dilirik untuk Pencucian Uang, Kasus Terbaru sampai Rp33 Triliun
Skandal Pencucian Uang Terbesar Terungkap di Singapura. (Foto: Okezone.com/MPI)
A
A
A

Beberapa ahli menyebut pasar properti Singapura yang sedang pesat adalah cara populer untuk "membersihkan" uang kotor. Begitu pula kasino, klub malam, dan toko barang mewah.

"Uang dalam jumlah besar mengalir melalui sistem perbankan Singapura setiap harinya. Penjahat dapat memanfaatkan fitur ini dan menyembunyikan kegiatan pencucian uang mereka di antara yang sah," tutur Profesor Akuntansi Kelvin Law dari Universitas Teknologi Nanyang Singapura.

Singapura juga tidak membatasi jumlah uang tunai yang dapat dibawa masuk dan keluar negara, hanya memerlukan deklarasi jika jumlahnya melebihi USS$20.000 (Rp 237 juta).

Ini adalah keuntungan, tutur Christopher Leahy, pendiri firma riset investigasi dan penasihat risiko yang berbasis di Singapura, Blackpeak.

"Jika Anda ingin memindahkan banyak uang, sembunyikan di depan mata publik. Singapura adalah tempat yang tepat untuk itu," ujarnya.

"Tidak ada gunanya menyimpannya di Kepulauan Cayman atau Kepulauan Virgin Inggris, di mana tidak ada tempat [untuk belanjakan uang]," sambungnnya.

Ketika diminta tanggapan atas komentar analis bahwa keunggulan Singapura sebagai pusat keuangan juga menarik uang kotor, pihak berwenang mengarahkan BBC untuk mengutip pernyataan menteri hukum dan dalam negeri di surat kabar lokal tahun lalu.

"Kita tidak bisa menutup jendela, karena jika kita melakukan itu, maka dana yang sah juga tidak bisa masuk. Dan bisnis yang sah juga tidak bisa dilakukan, atau menjadi sangat sulit untuk dilakukan. Jadi kita harus bijaksana," ujar Menteri K Shanmugam.

"Ketika Anda sukses, Anda adalah pusat keuangan utama, banyak uang masuk, beberapa 'lalat' juga akan masuk," tambahnya, mengacu pada kutipan yang sering diulang dari mendiang pemimpin China, Deng Xiaoping.

Singapura harus memutuskan sejauh mana mereka akan menerima "uang dengan berbagai nuansa abu-abu", ujar Dr Chong dari Carnegie China.

Meski peningkatan regulasi bisa membantu sebagai solusi, dia menambahkan transparansi menimbulkan tantangan yang lebih besar: "Transparansi bertentangan dengan model kebijaksanaan yang memungkinkan banyak pusat pengelolaan kekayaan untuk berkembang."

Beberapa analis mengatakan ini mungkin menjadi harga yang bersedia dibayar Singapura untuk mempertahankan posisinya sebagai pusat keuangan.

"Sebagian besar dana itu sah," kata Leahy. "Tapi ada biaya yang tak terhindarkan untuk menjadi pusat keuangan utama."

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement