JAKARTA - Indonesia ekspor baja ke tiga negara tujuan Australia, Kanada, dan Puerto Rico senilai USD808.262.
Ekspor baja ini dilakukan PT Tata Metal Lestari yang merupakan kolaborasi nyata antara pemerintah dan pelaku usaha yang ditujukan untuk mendorong peningkatan kinerja ekspor nonmigas Indonesia, termasuk peningkatan ekspor produk baja Indonesia ke pasar global.
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengapresiasi ekspor baja ini. Sebab, produsen baja lapis ini merupakan salah satu perusahaan yang memberikan kontribusi dan membuat neraca perdagangan Indonesia selama 48 bulan berturut-turut mengalami surplus.
"Tahun 2022 surplus kita USD54,5 miliar, tahun 2023 surplus kita sempat turun memang jadi USD36 miliaran lebih, sampai Mei 2024 sudah hampir USD14 miliar," ujarnya dalam keterangannya, Jakarta, Sabtu (22/6/2024).
Pelepasan ekspor baja sebanyak 8 kontainer produk baja lapis produksi Tatalogam Group dari pabrik baru mereka yang berada di Sadang, Purwakarta, Jawa Barat, Jumat 21 2024.
Tujuan ekspor produk baja ini ke Australia hingga Kanada yang mana katanya, Indonesia sendiri ternyata banyak mengimpor dari negara tersebut dan menyebabkan defisit perdagangan.
Untuk itu, dengan adanya ekspor komoditas baja lapis warna ini, Mendag berharap itu bisa mengurangi defisit perdagangan. Dia mengapresiasi mengapresiasi Tata Metal Lestari atas kinerja usahanya, selain melayani pasar dalam negeri, juga melayani pasar ekspor yang pertumbuhan rata-ratanya di atas 10% per tahun.
Dia menambahkan, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan terus mendorong pembukaan akses pasar produk Indonesia ke negara mitra dagang, salah satunya dengan Australia dan Kanada yang merupakan negara tujuan ekspor Tata Metal Lestari. Dengan Australia, Indonesia telah memiliki perjanjian dagang Indonesia-Australia CEPA, sedangkan Indonesia-Canada CEPA yang saat ini dalam tahap perundingan dengan Kanada. Pelepasan ekspor baja ke Kanada dan Australia merupakan momentum yang tepat dalam merespons permintaan baja Kanada dan Australia yang terus meningkat, masing-masing sebesar 16,94% dan 14,72% dalam 5 tahun terakhir.
"Karena memang, kita kalau mau jadi negara maju harus menguasai pasar dunia. Apalagi ini baja, UMKM saja kita bangga, apalagi ini termasuk industri yang teknologi tinggi. Mudah-mudahan ini memberikan tanda-tanda bahwa cita-cita kita ingin menjadi negara maju pada tahun 2045 bisa kita capai," ujar Mendag.
Di kesempatan yang sama, Vice President Operations Tata Metal Lestari, Stephanus Koeswandi menerangkan, menurut data dari The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), volume impor baja HS 72 dan HS 73 pada tahun 2018-2022 terlihat naik turun karena dampak pandemi Covid-19.