Sebelum pandemi, impor baja HS 72 dan 73 terus meningkat hingga mencapai 19 juta ton pada tahun 2019. Impor baru turun turun pada tahun 2020 menjadi 14,1 juta ton karena adanya penurunan siginifikan permintaan pasar, baik dalam negeri maupun global. Namun di tahun 2021 dan 2022, impor kembali meningkat menjadi 15,6 dan 16.8 juta ton.
“Melihat kondisi yang terjadi pada rentang waktu tersebut, Tata Metal Lestari yang baru berdiri pada tahun 2019 akhirnya melakukan manuver ekspor. Langkah ini dilakukan setelah sebelumnya mempelajari pola-pola seperti adanya gangguan rantai pasok, permintaan yang berfluktuasi, ketidakstabilan harga dan pasar (volatile), dukungan pemerintah dan perlindungan industri domestik, inovasi dan adaptasi, serta yang terakhir adalah dampak jangka panjang dimana restrukturisasi industri berfokus keberlanjutan dan efisiensi energi sebagai bagian integral dari strategi industri baja pasca-pandemi dari Tata Metal Lestari,” katanya.
Manuver ini akhirnya mulai terbukti. Kondisi ekspor impor produk baja selama kuartal 1 tahun 2023 (Q1 2023) menunjukkan dinamika yang cukup menarik. Dari tahun 2018 sampai tahun 2022 volume ekspor secara total terlihat selalu meningkat. Sementara pada Q1 2023, volume ekspor produk baja dengan Kode HS 72 dan 73 mengalami kenaikan sebesar 8,2 persen atau menjadi 3,18 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022.
Sedangkan volume impor juga mengalami kenaikan sebesar 7,7 persen pada Q1 2023 dibandingkan dengan Q1 2022, meskipun dari sisi nilai mengalami penurunan sebesar 9 persen. Kontribusi ekspor produk baja yang semakin signifikan menunjukkan bahwa industri baja nasional telah tumbuh menjadi semakin penting bagi perekonomian nasional.
"Saat ini dari produksi kami sebesar 85% dari kapasitas, 30% nya kami dedikasikan untuk ekspor. Kontribusi penjualan ekspor adalah 25% hingga 30% dari total revenue. Hal ini membuktikan bahwa kualitas dan harga yang kami berikan kepada pasar global diterima dengan baik,” ujarnya.
(Feby Novalius)