JAKARTA - Perum Bulog mengakui adanya kenaikan harga beras di pasar. Hal ini terjadi di tingkat grosir hingga eceran sejak Juli 2024 .
Direktur Bisnis Bulog, Febby Novita mengatakan, kenaikan harga beras di pasar lantaran terkereknya harga komponen produksi, salah satunya gabah kering panen (GKP) di level petani.
Saat ini, harga gabah kering panen di tingkat petani menyentuh Rp6.800 per kilogram (kg) hingga Rp7.000 per kg. Lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp6.000 per Kg.
“Karena kan memang harga gabah sekarang Rp7.000 (per kg) - Rp 6.800 gitu, kita kali dua aja kalau mau jadi beras, padahal kita harus packing dan lain-lain gitu ya, proses, belum lagi nanti randomnya dan lain-lain,” ujar Febby saat ditemui di kawasan Senayan Jakarta, Minggu (4/8/2024).
Pemicu lain dari meroketnya harga beras adalah berakhirnya musim panen raya. Kondisi ini mendorong adanya potensi rebutan bahan baku alias gaba di level penggilingan.
Febby mengatakan, total penggilingan padi yang di Indonesia mencapai 150.000, jumlah yang cukup banyak dibandingkan pasokan padi yang mulai menurun saat ini.
“Kedua, penggilingan padi banyak di seluruh Indonesia ada lebih dari 150.000 penggilingan padi, tentunya mereka juga mencari bahan baku semua buat mereka sustain gitu,” papar.
Tak hanya itu, bantuan sosial (bansos) beras 10 kg untuk 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM) yang diberhentikan sementara waktu pada Juli 2024 lalu juga menjadi faktor lain naiknya harga beras di pasar.