JAKARTA - Tanda-tanda ekonomi melambat sudah terlihat pada data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2024. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,05% pada kuartal II-2024. Meski tumbuh, angka ini melambat dan lebih rendah jika dibandingkan kuartal I-2024 yang mampu tumbuh 5,11%.
Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 juga lebih rendah secara year on year (yoy) jika dibandingkan kuartal II-2023 yang mampu tumbuh 5,17%.
Mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu konsumsi rumah tangga juga tengah lesu. Terbukti, dalam tiga kuartal terakhir, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tumbuh di bawah 5%. Pada kuartal II-2024, pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 4,93% secara year on year (yoy).
Konsumsi rumah tangga memang masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Komponen konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 54,53%. Ditinjau dari sumber pertumbuhan, konsumsi rumah tangga masih jadi sumber pertumbuhan terbesar, yaitu 2,62%. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga utamanya didorong oleh perayaan hari besar keagamaan, seperti Idul Fitri, Waisak, Kenaikan Isa Al Masih serta Idul Adha.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II-2024 atas harga berlaku sebesar Rp5.536 triliun.
Sementara itu pertumbuhan berdasarkan PDB atas dasar harga konstan mencapai Rp3.231 triliun.
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2024 ditopang oleh aktivitas ekonomi domestik yang tetap kuat. Dengan demikian ekonomi Indonesia tumbuh stabil sebesar 5,08% pada semester I-2024.
"Ekonomi Indonesia kuartal II-2024 terhadap kuartal II-2023 tumbuh sebesar 5,05% secara year on year (yoy). Jika dibandingkan, ekonomi Indonesia kuartal II-2024 terhadap kuartal sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 3,79%," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Mohamad Edy Mahmud pada Senin 5 Agustus 2024.
Berikut ini data BPS yang dikutip Okezone mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022-2024:
Pada kuartal I-2022: Ekonomi Indonesia tumbuh 5,01%
Pada kuartal II-2022: Ekonomi Indonesia tumbuh 5,46%
Pada kuartal III-2022: Ekonomi Indonesia tumbuh 5,73%
Pada kuartal IV-2022: Ekonomi Indonesia tumbuh 5,01%
Pada kuartal I-2023: Ekonomi Indonesia tumbuh 5,04%
Pada kuartal II-2023: Ekonomi Indonesia tumbuh 5,17%
Pada kuartal III-2023: Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94%
Pada kuartal IV-2023: Ekonomi Indonesia tumbuh 5,04%
Pada kuartal I-2024: Ekonomi Indonesia tumbuh 5,11%
Pada kuartal II-2024: Ekonomi Indonesia tumbuh 5,05%
Konsumsi Rumah Tangga
Turunnya konsumsi rumah tangga di bawah 5% berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dari hitungan BPS, konsumsi rumah tangga sebenarnya tetap tumbuh 4,93%, nilai konsumsinya lebih tinggi dari tahun sebelumnya, namun pada sebagian komoditas mengalami pertumbuhan yang tidak setinggi pertumbuhan tahun lalu.
Komponen konsumsi rumah tangga yang mengalami perlambatan yakni pakaian, alas kaki, jasa perawatan, kesehatan dan pendidikan serta transportasi dan komunikasi.
Selain itu, BPS menilai ada pergeseran sebagian Ramadhan dari tahun lalu di April atau masuk kuartal II secara penuh, tahun ini sebagian besar ada di Maret yang masuk kuartal I. Hal ini menyebabkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2024 menjadi agak sedikit melambat.
"Jadi ada pergeseran momentum Lebaran juga, barangkali ada sedikit pengaruhnya terhadap konsumsi rumah tangga," kata Edy.
Meski tumbuh di bawah 5%, pemerintah mengklaim pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih cukup tinggi. "Itu sebetulnya ada kenaikan, tapi pertumbuhan konsumsi itu 4,9% angka yang tinggi," kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Airlangga juga membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih tinggi jika dibandingkan negara lain. China hanya tumbuh 4,7%, Singapura tumbuh 2,9%, Korea Selatan 2,3% dan Meksiko tumbuh sekira 2,24%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga didukung oleh inflasi yang terkendali, di mana pada Juli 2024, inflasi Indonesia tercatat 2,13% year on year (YoY).
"Di tengah ketidakpastian global, fundamental ekonomi kita masih baik. Dibandingkan dengan China kita masih lebih tinggi," ujar Airlangga.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 masih dalam kondisi yang cukup baik meski pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat jadi 5,05% di kuartal II-2024.
"Saat ini BPS menyampaikan growth di kuartal kedua yang cukup baik, yang masih cukup baik dan memiliki momentum yang harus kita jaga, konsumsi, investasi, ekspor, impor yang kita akan perhatikan," kata Sri Mulyani.
Pada semester II-2024, Sri Mulyani menambahkan, pemerintah masih akan melihat faktor yang mampu menjaga agar pertumbuhan ekonomi bisa tetap terjaga pada tingkat antara 5,1% hingga 5,2%. Meski menurutnya hal ini tentulah tidak mudah karena saat ini perekonomian global cenderung mengalami perlemahan dan fragmentasi.
Sementara itu, Ekonom CORE Indonesia Hendri Saparini mengungkapkan perlambatan ekonomi di kuartal II tersebut disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, disebabkan oleh faktor musiman, di mana pada kuartal sebelumnya terdapat Ramadan dan Lebaran. Sedangkan pada kuartal II, tidak ada faktor yang dapat secara signifikan mendorong perekonomian.
Kedua, karena konsumsi masyarakat, terutama dari kalangan menengah atas dan menengah bawah yang cenderung melambat. Menurutnya, konsumsi masyarakat yang tumbuh tinggi pada saat ini hanya berasal dari kalangan masyarakat atas saja, sementara kalangan masyarakat bawah tetap stabil.
“Kelas menengah mengalami gelombang PHK, gelombang kenaikan harga dan sebagainya itu melandanya bukan ke kelompok 40% ke bawah, tetapi kelas menengah, mau menengah ke bawah atau menengah ke atas. Itu makanya spending mereka juga turun," kata Hendri.
Kemudian ekspor dan investasi melambat seiring dengan perlambatan ekonomi global, termasuk di negara-negara tujuan ekspor Indonesia seperti China. Dia mengatakan bahwa sulit bagi Indonesia untuk menemukan pasar baru karena sebagian besar produk ekspor Indonesia adalah barang-barang primer.
Hendri berpesan jika tidak ingin perlambatan ekonomi kembali terjadi di kuartal III dan IV, pemerintah dianggap perlu menciptakan sumber atau driver ekonomi baru.
Ekonomi Indonesia Masih Jawa Sentris
Pulau Jawa masih menjadi pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia sebesar 57,04% dengan pertumbuhan 4,92% pada kuartal II-2024. Aktivitas utama sumber pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa di antaranya jasa keuangan, perdagangan, dan konstruksi.
Kemudian disusul Pulau Sumatera yang memberikan kontribusi 22,08% dengan pertumbuhan 4,48%. Pertumbuhan ekonomi di Sumatera masih ditopang Sumatera Utara, dengan sumber utama perdagangan ekonomi, perdagangan, pertanian, kehutanan dan perikanan serta konstruksi.
Pulau Kalimantan memberi kontribusi 8,18% dengan pertumbuhan 5,22% yang ditopang oleh Kalimantan Timur. Penyumbang utamanya adalah pertambangan, penggalian konstruksi dan perdagangan.
Pulau Sulawesi berkontribusi 7,16% dengan pertumbuhan 6,07% yang ditopang sumber utama pertanian, kehutanan dan perikanan, serta industri pengolahan dan perdagangan.
Pulau Bali dan Nusa Tenggara memberi kontribusi 2,84% dengan pertumbuhan 6,84% didorong oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalia
Maluku dan Papua memberi kontribusi 2,7% dengan pertumbuhan 8,45% yang didorong oleh aktivitas ekonomi di Papua Barat dengan sumber pertumbuhan utama pengolahan pertambangan dan penggalian serta administrasi pemerintahan.
Deflasi Beruntun
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi 0,18% pada Juli 2024. Sementara, inflasi tahunan Indonesia pada Juli 2024 tercatat sebesar 2,13 persen (year-on-year/yoy).
Deflasi ini terjadi selama 3 bulan terakhir. Penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) sudah terjadi dimulai Mei, Juni dan Juli. BPS mengumumkan IHK turun atau deflasi sebesar 0,08% pada Juni 2014 dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). IHK pada Mei 2024 juga turun atau mengalami deflasi 0,03% (mtm).
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, terjadinya deflasi beruntun bukan disebabkan oleh daya beli masyarakat yang menurun. BPS menyatakan terjadinya deflasi justru disebabkan oleh suplai yang melimpah di pasar.
"Kalau karena suplai pasokan pasar dari komoditas yang cukup di pasar dan kemudian ini yang menyebabkan penurunan harga karena meningkatnya pasokan ini tidak bisa langsung disimpulkan ini penurunan daya beli, justru deflasi ini terjadi karena pasokan yang melimpah," katanya dalam konferensi pers di kantornya.
Deflasi adalah kondisi di mana harga barang atau jasa mengalami penurunan dalam periode tertentu. Meskipun secara sekilas deflasi bisa memberikan keuntungan kepada konsumen sebab harganya relatif murah, namun hal ini menjadi pertanda bahwa kondisi ekonomi suatu negara sedang tidak stabil.
Sementara, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) deflasi merupakan penambahan nilai mata uang, antara lain dengan pengurangan jumlah uang kertas yang beredar dengan tujuan mengembalikan daya beli yang yang nilainya turun. Deflasi merupakan fenomena penurunan harga yang ada di dalam suatu wilayah. Deflasi terjadi karena kekurangan jumlah uang beredar yang menyebabkan daya beli masyarakat menjadi turun.
Beberapa penyebab terjadinya deflasi antara lain, penurunan jumlah uang beredar di masyarakat karena cenderung menyimpan uangnya di bank, berkurangnya permintaan barang sementara produksi akan barang terus meningkat atau tidak bisa dikurangi dan masyarakat tidak lagi mengkonsumsi barang tersebut karena bosan atau membatasi pembelian, serta perlambatan kegiatan ekonomi sehingga banyak pekerja yang terdampak karena berkurannya pengahsilan sehingga jumlah uang beredar di masyarakat pun menjadi berkurang.
Ancaman Ekonomi Global
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar semua menterinya dapat mewaspadai risiko perlambatan ekonomi dunia, di antaranya yang berkaitan dengan kebijakan suku bunga hingga memanasnya geopolitik.
"Yang paling penting waspadai risiko perlambatan ekonomi dunia, baik yang berkaitan dengan kebijakan suku bunga. Juga yang berkaitan dengan memanasnya geopolitik yang kemungkinan itu akan berimbas kepada krisis pangan, harga minyak yang naik," kata Jokowi dalam arahannya pada Rapat Terbatas terkait Rencana Kerja Pemerintah, Nota Keuangan, dan RAPBN Tahun 2025 di Kantor Presiden, Jakarta.
Jokowi juga meminta agar kemudahan investasi dan ekspor menjadi perhatian khusus untuk peningkatan target penerimaan negara.
"Di sini saya ingin menggarisbawahi mengenai kemudahan Investasi, kemudahan untuk produk-produk yang berkaitan dengan ekspor. Dan yang keempat alangkah baiknya apabila dalam hal APBN 2025 ini kita fokus tidak semuanya dikerjakan," ungkapnya.
Bank Indonesia memperkirakan ekonomi global tumbuh 3,2% di tahun ini.
"Ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi di tengah prospek perekonomian dunia yang kuat. Ekonomi global pada 2024 diprakirakan tumbuh sebesar 3,2% sesuai prakiraan didorong Amerika Serikat (AS) dan Eropa," ujar Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers Hasil RDG BI.
Di sisi lain, Dana Moneter Internasional (IMF) menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat di tengah gejolak eksternal dengan inflasi yang terjaga pada kisaran target yang ditetapkan, dan sektor keuangan yang resilien. Hal ini tertuang dalam hasil asesmen IMF atas perekonomian Indonesia dalam laporan Article IV Consultation tahun 2024.
Dewan Direktur IMF menyampaikan apresiasi dan catatan positif mengenai langkah-langkah kebijakan yang telah ditempuh oleh otoritas Indonesia.
Apresiasi tersebut terutama disampaikan terkait beberapa poin penting, yakni komitmen Indonesia terhadap disiplin fiskal; penurunan inflasi sesuai dengan kisaran target yang telah ditetapkan dan kebijakan moneter yang memerhatikan perkembangan data (data dependent), upaya pendalaman pasar dan upaya penguatan efektivitas transmisi kebijakan moneter.
Poin penting berikutnya adalah upaya penguatan kerangka kebijakan makroprudensial, agenda pertumbuhan menuju status negara berpendapatan tinggi pada tahun 2045, serta komitmen untuk mencapai target zero-emission pada 2060 dan langkah-langkah yang diambil untuk membatasi emisi gas rumah kaca dan deforestasi.
Dalam laporannya, IMF memproyeksikan kinerja ekonomi Indonesia akan tetap tinggi, yaitu 5% dan 5,1% di tahun 2024 dan 2025, di tengah beberapa risiko yang perlu diwaspadai seperti volatilitas harga komoditas, perlambatan pertumbuhan negara mitra dagang utama, dan spillover akibat kondisi suku bunga tinggi untuk waktu yang lama (high for longer) pada keuangan global.
IMF memberikan rekomendasi untuk mempertahankan kehati-hatian kebijakan fiskal, mengapresiasi stance kebijakan moneter Indonesia, melanjutkan reformasi untuk melindungi ketahanan sektor keuangan dan mendukung pendalaman pasar keuangan, serta menjembatani kesenjangan struktural untuk mencapai potensi pertumbuhan yang lebih tinggi dan inklusif untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045.
Proyeksi positif IMF sejalan dengan asesmen Bank Indonesia yang memperkirakan bahwa perekonomian Indonesia tetap tumbuh dengan baik dan berdaya tahan terhadap dampak rambatan global.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)