Dalam hal fungsi intermediasi, BSI telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp256,77 triliun sepanjang semester I 2024, meningkat dari Rp221,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Lebih lanjut, kinerja laba didukung pendapatan komisi yang masih berhasil dikerek 18,51 persen menjadi Rp1,12 triliun. Termasuk keberhasilan perusahaan menekan kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) atau provisi sampai dengan -33,97% menjadi Rp1,24 triliun.
Dengan demikian, bank syariah terbesar di RI ini membukukan laba operasional mencapai Rp5,21 triliun atau tumbuh 21,22 persen.
Dana Pihak Ketiga (DPK) BSI juga menunjukkan peningkatan, dengan total simpanan sebesar Rp296,69 triliun pada semester I 2024, naik dari Rp252,52 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Kabar positifnya lainnya, pertumbuhan DPK dari BSI tersebut didorong dari instrumen dana murah (current account saving account/CASA). Alhasil, nominal CASA perseroan naik 21,83 persen menjadi Rp188,33 triliun.
Hal tersebut membuat rasio CASA menguat 332 basis points (bps) menjadi 62,96 persen pada Juli 2024, dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 59,64 persen.
Jika dirinci, pendorongnya adalah giro yang tumbuh 14,58 persen menjadi Rp59,18 triliun. Begitu juga tabungan yang naik 14,58 persen menjadi Rp 129,14 triliun. Di sisi lain, instrumen deposito hanya naik 5,90 persen menjadi Rp110,79 triliun.
Peningkatan kinerja ini juga disertai dengan perbaikan dalam beberapa rasio keuangan, termasuk kualitas pembiayaan. Rasio Non-Performing Financing (NPF) gross BSI turun dari 2,31 persen menjadi 1,99 persen.
Sampai Juli 2024, BSI mencatat total aset mencapai Rp358,03 triliun atau tumbuh 14,08 persen sejalan dengan kinerja pembiayaan. Begitu juga laju liabilitas yang naik 13,87 persen menjadi Rp315,91 triliun, yang utamanya didongkrak penghimpunan dana. Sementara ekuitas tumbuh 15,68 persen menjadi Rp 42,11 triliun.
(Taufik Fajar)