Tidak seperti bagan biasa, bagan apung Jaka Samudra dilengkapi dengan pelampung FRP yang memiliki ketahanan hingga 40 tahun. Pelampung ini juga dilengkapi sensor pintar untuk mendeteksi kebocoran dini dan mendeteksi kemiringan bagan apung. Pembuatan sensor pintar juga memanfaatkan limbah non b3 yaitu tubing AC. Sensor pintar tersebut dapat memberikan peringatan kepada nelayan di Tihi-Tihi melalui notifikasi via telepon seluler jika ada masalah karena dapat dipantau dari jarak jauh. Inovasi ini juga memungkinkan nelayan dapat memitigasi dan mencegah bagan apung karam karena kebocoran.
“Apartemen Ikan” dan Energi Terbarukan
Tak berhenti pada bagan apung saja, Badak LNG juga meningkatkan inovasinya dengan membangun “Apartemen Ikan” atau concrete reef yang merupakan struktur buatan menyerupai rangka kubus ditempatkan di bawah bagan apung untuk menjadi tempat tingkal ikan. Dibuat dari limbah non B3 kalsium silikat, apartemen ikan ini diharapkan dapat meningkatkan populasi ikan di sekitar bagan, memberikan manfaat langsung bagi nelayan.
Comdev Facilitator Badak LNG, Restra Sewakotama menerangkan concrete reef dari kalsium silikat aman untuk lingkungan laut. “Dalam waktu dua minggu, concrete reef ini efektif menarik ikan-ikan untuk berdatangan. Kami pun menggunakan kalsium silikat yang merupakan salah satu jenis mineral dan dapat terurai di lautan. Jadi lebih ramah lingkungan,” terangnya.
Bagan apung Jaka Samudra juga mengintegrasikan penggunaan energi terbarukan. Panel surya dipasang sebagai sumber energi untuk lampu-lampu atraktor di bawah dan di atas air. Inisiatif tersebut dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
(Feby Novalius)