China menyumbang antara 80 dan 90 persen produksi tanah jarang global pada awal 2010-an, tetapi dominasi itu memudar menjadi sekitar 70 persen pada 2023 di tengah peningkatan pasokan tanah jarang global, menurut Survei Geologi AS.
China Rare Earth Group dibentuk pada 2021 setelah penggabungan unit di bawah tiga perusahaan negara, yang dilihat oleh analis industri sebagai langkah signifikan menuju penguatan dominasi produksi tanah jarang China.
“Grup akan meningkatkan fungsi intinya dalam menjaga keamanan sumber daya tanah jarang dengan berfokus pada enam tujuan utama (dalam tanah jarang), memperluas sumber daya, meningkatkan cadangan, meningkatkan produksi, menstabilkan pasokan, mengurangi biaya, dan memastikan keamanan,” tulis pernyataan perusahaan.
Bulan lalu, Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi serta Kementerian Sumber Daya Alam bersama-sama menetapkan batas atas untuk produksi tambang tanah jarang gelombang kedua tahun ini sebesar 135.000 ton dan peleburan sebesar 127.000 ton.
Dikombinasikan dengan gelombang pertama, kedua gelombang tahun ini masing-masing mencapai 270.000 ton dan 254.000 ton, yang menunjukkan peningkatan tahun ke tahun sebesar 5,9 persen dan 4,2 persen, masing-masing, dari dua gelombang kuota pertama yang dirilis tahun lalu.
Sementara, ekspor tanah jarang China dalam delapan bulan pertama tahun ini naik sebesar 6,4 persen tahun-ke-tahun menjadi 38.755 ton, sementara nilai ekspor anjlok sebesar 40,2 persen menjadi USD341,2 juta, menurut data Bea Cukai China.
(Dani Jumadil Akhir)