Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Resmi Bangkrut! Ibu-Ibu Kenang Tupperware, Suami Dimarahi karena Hilangkan Kotak Makan

Taufik Fajar , Jurnalis-Jum'at, 20 September 2024 |08:49 WIB
Resmi Bangkrut! Ibu-Ibu Kenang Tupperware, Suami Dimarahi karena Hilangkan Kotak Makan
Kenangan Ibu-Ibu ke Tupperware yang Bankrut (Foto: Okezone)
A
A
A

Di Indonesia, bisa dikatakan Tupperware memiliki tempat tersendiri di hati para ibu rumah tangga.

Yel Fitria, 42 tahun, sempat mengikuti arisan Tupperware pada periode 2013-2014 saat masih menjadi guru di sebuah sekolah swasta di Jakarta Timur.

Ada 10 guru di sekolah tersebut yang menjadi peserta arisan dan mesti membayar Rp100.000 per bulan. Alih-alih mendapat uang tunai, pemenang arisan bakal membawa pulang berbagai produk Tupperware dengan nilai total Rp1 juta.

“Jadi sebenarnya kita beli Tupperware dengan mencicil,” kata Fitria pada BBC News Indonesia. “Ini sebenarnya trik dagang.”

“Terserah kita mau pilih produk apa, pokoknya senilai Rp1 juta maksimal. Kalau kurang dari itu boleh.”

Saat menang arisan, Fitria memilih berbagai produk berbeda, termasuk empat piring, enam kotak camilan berbeda ukuran, satu tempat makan anak-anak, dua botol minum besar, dan dua botol minum anak-anak.

Padahal, sebelum mengikuti arisan itu, Fitria tidak pernah memakai Tupperware. Ia hanya tahu itu merek terkenal dan ada “prestise” tertentu bila memiliki produknya.

Masalahnya, ia tidak tahu harus membeli Tupperware di mana. Karena itu, saat ditawari ikut arisan Tupperware, ia tertarik ikut.

Setelah selesai arisan, Fitria pun ketagihan. Ia mulai rajin membeli produk Tupperware lainnya, entah di situs lokapasar daring ataupun pasar pagi.

Ia dan tetangga rumahnya yang sesama ibu-ibu bahkan jadi bersaing satu sama lain.

“Tetangga sudah punya yang ini. Aku belum punya. Besoknya beli,” kata Fitria sembari tertawa.

“Padahal, pas sudah punya, dipakai juga enggak. Jadi pajangan.”

Karena merasa “sayang”, apalagi mengingat harganya yang relatif mahal, Fitria bilang memang banyak produk Tupperware di rumahnya yang ujung-ujungnya tak terpakai dan hanya tersimpan rapi di lemari.

Hanya satu atau dua barang yang rutin digunakan, misalnya kotak bekal untuk anaknya sekolah.

Apalagi, suaminya sempat menghilangkan satu kotak bekal Tupperware.

“Suami pernah trauma kayaknya. Pernah saya marah-marahin gara-gara ngilangin tempat makan. Harganya Rp265.000 satunya,” kata Fitria.

“Habis itu kalau bawa makan, dia bawanya pakai kotak plastik yang sekali pakai.”

Ibu-ibu lain pun disebutnya bersikap sama. Misal, saat piknik, mereka yang membawa bekal pasti akan menjaga ketat kotak Tupperware-nya. “Supaya enggak hilang,” kata Fitria.

Wanty Sumarta, ibu beranak tiga di Jakarta Selatan, juga sempat melalui satu masa saat produk Tupperware begitu digandrungi.

Kira-kira 10-15 tahun silam, teman-teman sekantornya disebut rajin betul mengoleksi produk-produk Tupperware dengan harga relatif mahal.

“Kalau lagi arisan, ibu-ibu itu pas ngobrol ngebanggain lemarinya isinya produk Tupperware satu warna semua,” kata Wanty, 62 tahun.

“Kan dulu iklannya begitu. Buka lemari, satu warna semuanya, dengan berbagai bentuk [produk].”

Saat itu, menurutnya memiliki Tupperware memang menjadi satu “kebanggaan” tersendiri, makanya banyak orang jadi “tergila-gila”.

Namun, belakangan, Wanty bilang trennya telah berubah. Sudah ada semakin banyak pilihan produk bermerek lain dengan desain lebih beragam dan harga lebih terjangkau.

“Sekarang udah enggak segitunya ya,” kata Wanty.

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement