JAKARTA - 7 BUMN jumbo yang sudah sumbang dividen ke Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung mencapai Rp81,7 triliun.
Ketujuh BUMN tersebut menyumbang Rp81,7 triliun atau 95,55 persen dari total dividen BUMN yang mencapai Rp85,5 triliun pada 2024.
Sejak pembentukan awal Danantara, hanya akan ada 7 BUMN yang masuk Danantara, namun kemarin setelah peluncuran bahwa seluruh BUMN akan masuk ke Danantara pada Maret 2025. Danantara juga dipastikan bakal mengelola seluruh aset dan dividen BUMN.
Ketujuh BUMN selama ini memberikan sumbangan dividen terbesar ke kas negara. Mereka masing-masing tiga BUMN perbankan, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).
Sisanya adalah BUMN non-bank yakni PT PLN (Persero), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Pertamina (Persero), dan PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melaporkan besaran dividen yang disetor ke negara pada 2024 senilai Rp85,5 triliun. Realisasi ini mengalami kenaikan jika dibandingkan 2023 yang tercatat sebesar Rp81,2 triliun.
1. PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Rp25,7 triliun
2. Bank Mandiri Rp17,1 triliun
3. Mind ID Rp11,2 triliun
4. Pertamina Rp9,3 triliun
5. Telkom Rp9,2 triliun
6. BNI Rp6,2 triliun
7. PLN Rp3,09 triliun
8. Pupuk Indonesia Rp1,2 triliun
9. Pelindo Rp1 triliun dan
10. BTN Rp420 miliar
10 BUMN tersebut merupakan penyumbang dividen terbesar dari total 20 BUMN yang menyumbangkan dividen pada 2024.
Presiden Prabowo Subianto resmi menandatangani UU Nomor 1 Tahun 2025 tentang Perubahan Ketiga atas UU Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 24 Februari 2025.
Serta Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2025 tentang Organisasi dan Tata Kelola Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Aturan tersebut merupakan dasar Pembentukan Danantara.
"Selanjutnya saya juga menandatangani Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2025 tentang pengangkatan dewan pengawas dan badan pelaksana Badan Pengelola Investasi Danantara," ujar Prabowo di Istana Kepresidenan Jakarta.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih menghitung dividen BUMN yang bakal digunakan oleh Danantara.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengaku, nilai dividen yang akan dikontribusikan perseroan mencapai Rp300 triliun. Dari jumlah itu sebagian diantaranya dipakai untuk modal investasi BPI Danantara.
“Rp300 triliun itu nanti dari mana? Dari seluruh BUMN?) Dividen (BUMN), lagi dihitung lagi, dihitung,” ujar pria yang akrab disapa Tiko saat ditemui wartawan di gedung Kementerian Perdagangan (Kemendag), Senin (24/2/2025).
Prabowo mengatakan, pemerintah akan menyuntik dana ke Danantara hingga USD20 miliar atau sekitar Rp320 triliun. Sumber dana tersebut berasal dari efisiensi anggaran dalam APBN dan dividen BUMN.
"Kita akan punya USD20 miliar dan ini tidak akan kita pakai. Ini akan kita serahkan ke Danantara untuk diinvestasikan," katanya, Minggu (16/2/2025).
Presiden Prabowo Subianto sebelumnya menargetkan dividen BUMN berkontribusi setidaknya Rp200 triliun untuk Danantara, meskipun tidak menyebut rentang waktunya. Pada tahap awal, bakal ada tujuh BUMN yang dinaungi oleh Sovereign Wealth Fund (SWF) baru itu.
Asset under management (AUM) atau aset dalam pengelolaan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara mencapai USD900 miliar atau setara Rp14.000 triliun. Nilai ini diperoleh dari aset konsolidasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Chief Executive Officer (CEO) BPI Danantara Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, dari nilai AUM itu USD20 miliar bakal digunakan untuk investasi di beberapa proyek strategis.
“Mungkin perlu saya luruskan ya, ini dari total aset dari BUMN yang masuk ke dalam Danantara ini total asetnya adalah USD900 miliar dan memang tadi sampaikan USD 20 miliar itu adalah untuk melakukan investasi yang nanti akan dikelola bersama-sama,” ujar Rosan saat ditemui di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (24/2/2025).
“Jadi USD900 miliar itu adalah combine aset dari semua BUMN yang ada di Indonesia,” paparnya.
Adapun, proyek yang bakal diinvestasikan diantaranya energi baru dan terbarukan (EBT), hilirisasi sumber daya, pangan, dan sektor lain yang berdampak langsung bagi pertumbuhan makro ekonomi nasional.
“Untuk proyek-proyek yang nanti, terutama dalam bidang hilirisasi, renewable energy, energi baru terbarukan, bidang pangan, kemudian bidang energi, dan bidang-bidang lain yang tentunya mempunyai dampak ke depannya yang sangat baik, yang sangat panjang,” ujarnya.
(Dani Jumadil Akhir)