JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkapkan bahwa secara geografis, Indonesia sangat dekat dengan negara-negara yang berpotensi mengalami konflik. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur ke depan diarahkan tidak hanya tahan terhadap bencana, tetapi juga siap menghadapi kemungkinan pecahnya konflik regional.
- Kejahatan lintas negara (transnational crime) di Selat Malaka
- Sengketa batas laut di Laut Tiongkok Selatan
- Sengketa batas laut Myanmar–Bangladesh
- Sengketa batas laut Tiongkok–Taiwan
- Sengketa batas laut Tiongkok Timur
- Sengketa batas laut di Semenanjung Korea
- Sengketa batas darat India–Sri Lanka
- Sengketa batas darat India–Pakistan
- Sengketa batas darat Tiongkok–India
Potensi konflik di kawasan Indo-Pasifik ini, menurut AHY, jelas dapat berdampak terhadap stabilitas ekonomi dan politik Indonesia jika benar-benar meletus.
“Infrastruktur harus semakin tahan, bukan hanya terhadap bencana alam dan krisis iklim, tapi juga karena situasi geografis Indonesia yang memang rentan,” ujar AHY dalam MNC Forum LXXIX (79th) di iNews Tower, Kamis (15/5/2025).
Pada kesempatan tersebut, AHY juga menjelaskan bahwa dunia di abad ke-21 dipenuhi ketidakpastian dan berbagai kejutan global. Salah satu penyebabnya adalah pertumbuhan populasi dunia yang diperkirakan akan menembus 10 miliar jiwa, yang akan meningkatkan tekanan terhadap sumber daya alam.
“Ini akan menjadi permasalahan utama bangsa-bangsa. Jika kelangkaan pangan dan energi tidak dikelola dengan baik, maka bukan hanya kompetisi yang semakin sengit, tapi juga berpotensi menimbulkan konflik di berbagai belahan dunia,” jelasnya.
AHY menambahkan, meskipun Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam, posisi geografisnya menjadikan negara ini rentan terhadap dampak konflik regional.
“Indonesia memang kaya, tapi juga berada di titik rawan. Kita tidak boleh lengah. Kita harus siap menghadapi potensi konflik atau perang yang bisa pecah di sekitar kita,” tambahnya.
Ketua Umum Partai Demokrat itu juga menyoroti berbagai bentuk perang yang terjadi saat ini. Tidak hanya perang terbuka antarnegara, tetapi juga proxy war atau perang dengan menggunakan aktor pengganti, demi menghindari konfrontasi langsung.
“Kita lihat sekarang berbagai bentuk perang, ada yang terbuka antarnegara, ada juga yang menggunakan proxy dan berpengaruh terhadap keamanan kawasan. Bahkan ada perang yang belum terjadi, tetapi sudah ada ‘flash point’ yang bisa menjadi pemicunya,” tutup AHY.
(Feby Novalius)