Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Menko Airlangga: Perundingan IEU CEPA Masuki Tahap Akhir

Anggie Ariesta , Jurnalis-Jum'at, 13 Juni 2025 |18:27 WIB
Menko Airlangga: Perundingan IEU CEPA Masuki Tahap Akhir
Menko Airlangga (Foto: Okezone)
A
A
A

“Target ini dari segi seluruh drafting diharapkan bisa selesai, yang hari ini sudah lebih dari 90 persen, bisa selesai di bulan September, di mana Komisioner Maros akan datang ke Indonesia. Dan mudah-mudahan saat itu bisa ada semacam notulen atau memorandum yang bisa ditandatangani,” jelasnya.

Setelah penandatanganan, proses hukum akan dimulai, termasuk ratifikasi dari seluruh 27 negara anggota Uni Eropa dan juga dari pihak Indonesia. 

2. Memerlukan Waktu

Menurut Airlangga, proses ini memerlukan waktu dan perhatian khusus, termasuk penerjemahan dokumen ke dalam 27 bahasa berbeda di Eropa.

“Dan memang ini bisa diratifikasinya kalau 100 persen negara sudah meratifikasi. Jadi kalau sesudah itu baru ini bisa entry into force,” ujarnya.

Airlangga optimistis bahwa proses ratifikasi bisa berjalan cepat dan berharap IEU CEPA dapat berlaku efektif dalam waktu satu tahun setelah seluruh dokumen rampung pada September.

Pemerintah juga mengajak para pelaku industri ekspor ke Eropa untuk bersiap mengoptimalkan peluang dari perjanjian ini.

Diharapkan, dalam tiga tahun ke depan ekspor Indonesia ke Eropa bisa meningkat hingga 50 persen.

“Kalau ekspor kita naik 50 persen itu setara dengan Vietnam ataupun Malaysia tahun ini,” ungkap Airlangga.

Perjanjian ini juga membawa dampak positif terhadap pengurangan tarif ekspor Indonesia. Produk unggulan seperti tekstil dan pakaian yang saat ini dikenai bea masuk 8–12 persen akan mendapat tarif 0 persen setelah IEU CEPA berlaku.

“Jadi itu semua akan turun,” ungkap dia.

Salah satu capaian penting dari IEU CEPA adalah dimasukkannya kelapa sawit ke dalam perjanjian. Sebelumnya, komoditas ini sempat dikecualikan.

“Nah sekarang menjadi include. Jadi itu sebuah kemajuan dan itu juga akan diberikan low hanging fruit. Dan ini sawit itu dibedakan, satu for food grade, yang kedua untuk fuel,” kata Airlangga.

Menurutnya, kendala ekspor sawit terbesar selama ini terletak pada penggunaan untuk bahan bakar (fuel). 

Namun Indonesia telah mengembangkan teknologi seperti B40 dan tengah mendorong penggunaan B50 untuk menyerap produksi sawit di dalam negeri.

“Apalagi kita lihat Timur Tengah memanas, bukan mendingin. Jadi persiapan-persiapan itu sudah kita lakukan,” tegasnya.

3. Pengurangan Hambatan Non Tarif

Airlangga juga menekankan pentingnya pengurangan hambatan non-tarif serta kejelasan standar dalam perdagangan dengan Uni Eropa. 

Perjanjian IEU CEPA juga mencakup satu bab khusus mengenai trade and sustainability, termasuk pengaturan mengenai sawit dan permintaan Indonesia agar mitigasi terhadap regulasi EUDR diperkuat.

Dengan berbagai capaian tersebut, pemerintah berharap IEU CEPA akan memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan global, khususnya dengan Uni Eropa sebagai salah satu mitra dagang strategis.

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement