Sementara itu, pengamat pasar modal sekaligus Founder WH Project, William Hartanto, memproyeksikan IHSG akan bergerak dalam rentang 7.101-7.200. Menurut analisis teknikal William, pelemahan IHSG mulai mengarah pada pembentukan pola double top. Pola ini akan terkonfirmasi jika IHSG melemah menembus level 7.000 sebagai neckline.
"Ada potensi IHSG membentuk pola double top, walaupun masih jauh dari konfirmasi pada level 7.000," kata William dalam risetnya.
Dia menambahkan, pada kondisi saat ini investor sudah bisa mulai mengidentifikasi saham mana yang berpotensi menjadi penekan IHSG, yaitu saham-saham yang sudah mulai membentuk resistance selama sepekan terakhir dan mengalami distribusi.
Distribusi awal biasanya paling cepat ditemukan pada saham-saham yang mengalami net sell investor asing.
Pada perdagangan kemarin, terjadi net buy asing dengan nilai mencapai Rp310 miliar. Net buy terbesar tercatat pada saham-saham seperti BMRI, ANTM, BBCA, RATU, dan BBNI (diurutkan dari yang terbesar).
Sementara itu, saham-saham yang menjadi laggards (penekan) IHSG pada perdagangan sebelumnya adalah BBRI, BBCA, GOTO, TLKM, dan ADRO. Sebaliknya, saham-saham yang menjadi leaders (pendorong) adalah DSSA, ANTM, BRPT, TPIA, dan MEDC (berdasarkan data statistik IDX).
Berikut beberapa saham yang direkomendasikan secara teknikal:
UNTR: Buy, dengan support di 21.250 dan resistance di 22.700. Memiliki potensi penguatan menuju area gap pada 22.700.
TLKM: Sell on strength, dengan support di 2.620 dan resistance di 2.880. Terlihat potensi pelemahan dan mengalami distribusi dengan estimasi target terdekat pada 2.620.
CPIN: Sell on strength, dengan support di 4.760 dan resistance di 5.000. Memiliki potensi pelemahan dengan pembentukan resistance pada 5.000.
MEDC: Buy, dengan support di 1.325 dan resistance di 1.465. Potensi penguatan lanjutan diindikasikan oleh candlestick yang menguat konsisten di atas indikator MA5 dan MA20.
(Dani Jumadil Akhir)