Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Rupiah Tertekan ke Rp16.500 per USD, Dipicu Ekonomi AS dan Aksi Demo

Anggie Ariesta , Jurnalis-Minggu, 31 Agustus 2025 |15:12 WIB
Rupiah Tertekan ke Rp16.500 per USD, Dipicu Ekonomi AS dan Aksi Demo
Nilai tukar Rupiah merosot sepanjang perdagangan pekan ini. (Foto: Okezone.com)
A
A
A

JAKARTA – Nilai tukar Rupiah merosot sepanjang perdagangan pekan ini. Pemicunya perpaduan antara data ekonomi Amerika Serikat yang kuat dan gejolak politik di dalam negeri.

Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah di pasar spot ditutup di level Rp16.500 per dolar AS atau melemah 0,90 persen dari akhir pekan sebelumnya.

Sementara itu, menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah ditutup di Rp16.461 per dolar AS, atau melemah 0,74 persen dalam sepekan. Pelemahan ini dipicu oleh dua sentimen utama, yakni faktor eksternal dan internal.

Menurut Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi, penguatan dolar AS disebabkan oleh data ekonomi AS yang positif.

Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 AS direvisi naik, melampaui proyeksi awal, dan jumlah klaim tunjangan pengangguran menurun.
"Ini sebuah tanda kekuatan di pasar tenaga kerja," kata Ibrahim, Minggu (30/8/2025).

Selain itu, ia mencermati pernyataan Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller, yang mendukung penurunan suku bunga pada pertemuan September 2025. Peristiwa ini diperkirakan dapat memperkuat dolar AS.

Dari dalam negeri, aksi demonstrasi yang memuncak dengan insiden taktis Brimob yang menabrak pengemudi ojek online di Pejompongan memicu gelombang aksi massa baru.

Menurut Ibrahim, ketegangan sosial dan politik yang mendominasi sentimen domestik ini diperkirakan akan terus memanas pekan depan.

"Dalam pelemahan ini, kemungkinan rupiah akan mendekati level 16.600-an. Artinya apa? Bahwa 16.600 itu angka minimal. Bisa saja di 16.600–16.650 itu yang kemungkinan terjadi," kata Ibrahim.

 

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement