Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah menjelaskan lebih jauh terkait penyebab kelangkaan beras yang terjadi di retail modern. Hal ini berkaitan dengan temuan Pemerintah soal maraknya beras oplosan alias tidak standar mutu yang dijual di retail. Kualitas beras yang seharusnya dijual di harga beras medium, justru dijual di harga premium.
Budihardjo menyebut, temuan tersebut praktis membuat pengusaha retail mempertimbangkan ulang mengendarakan beras-beras premium. Mengingat pemerintah juga tengah melakukan pengecekan kualitas mutu beras di beberapa ritel modern.
"Memang ada barang yang harus ditarik, atau dikembalikan, ya tidak dijual, karena itu kan ada masukan dari pemerintah, makanya kita tidak menjual produk yang dilarang," katanya.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung memastikan stok beras non premium di Jakarta aman hingga akhir bulan Oktober 2025. Namun, dia menyebut untuk kelangkaan beras premium di gerai ritel.
"Yang pertama sebenarnya untuk pangan Jakarta, terutama untuk masyarakat yang umumnya bukan beras premium, itu sampai dengan akhir bulan Oktober tersedia. Bahwa kemudian dalam pantauan ada yang kemudian kelangkaan beras-beras premium, ini memang sekarang sedang kita tangani," ujar Pramono di Balai Kota Jakarta, Rabu (3/9/2025).
Pramono menyebut kelangkaan terjadi akibat panic buying masyarakat sehingga terjadi penimbunan. Dia memastikan kelangkaan stok beras di Jakarta akan segera dinormalkan kembali.
"Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa di, karena ini kan begini, kemarin ada panik buying lah. Ada orang kemudian menimbun. Dan saya minta sekarang segera dinormalkan kembali," ucapnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan produksi beras nasional hingga Oktober 2025 diperkirakan mencapai 31,04 juta ton. Angka ini melampaui total produksi sepanjang tahun 2024 yang tercatat sebesar 30,62 juta ton.
Peningkatan ini ditopang oleh strategi optimalisasi lahan yang selama ini dijalankan pemerintah. Di mana areal panen padi saat ini mencapai 10,22 juta hektare, naik 11,90 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 9,13 juta hektare.
“Optimalisasi lahan menjadi kunci sukses peningkatan produksi beras yang signifikan. Dari yang sebelumnya hanya mampu tanam sekali setahun, kini indeks pertanaman padi bisa meningkat menjadi dua hingga tiga kali setahun,” ujar
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman.
Dengan capaian hingga Oktober 2025 yang diperkirakan menembus 31,04 juta ton, Indonesia berada pada jalur yang tepat untuk mewujudkan swasembada beras. Surplus yang dihasilkan tidak hanya dapat menjaga stabilitas harga di pasar, tetapi juga memberi dampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan petani.
Mentan menambahkan, pemerintah akan terus menjaga momentum peningkatan produksi melalui penyediaan sarana produksi pertanian, penguatan sistem pengairan dan pompanisasi, serta pemanfaatan kondisi iklim yang menguntungkan di tahun ini. Upaya tersebut diharapkan semakin memperkuat ketahanan pangan nasional dan mengokohkan langkah Indonesia menuju swasembada beras.
“Kita harus terus jaga tren positif ini agar Indonesia tidak hanya swasembada, tetapi juga lumbung pangan dunia, itu yang diimpikan bapak Presiden. Ada tiga bulan ke depan untuk berproduksi di tahun ini, itu harus kita optimalkan,” tutup Mentan.
(Dani Jumadil Akhir)