David menjelaskan, penguatan pekan lalu ditopang oleh sentimen global dan domestik yang signifikan seperti pertumbuhan Pertumbuhan PDB China pada kuartal III/2025 tercatat 4,8 persen secara tahunan, melambat dari 5,2 persen pada kuartal II.
Selain itu, sentimen geopolitik melibatkan rencana pertemuan antara Donald Trump dan Xi Jinping pada 30 Oktober 2025 untuk membahas negosiasi tarif dagang.
Dari sisi komoditas, harga emas mencatat penurunan terdalam dalam satu dekade, sementara harga minyak mentah WTI mendekati level tertinggi dalam dua minggu akibat kekhawatiran pasokan menyusul sanksi baru AS terhadap Rusia.
Sementara itu, dari sentimen domestik, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) sebesar 4,75 persen, suku bunga deposit facility 3,75 persen, dan lending facility 5,5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 21-22 Oktober 2025. Ada pula rencana Danantara melebur aset manajemen milik BBRI, BMRI, dan BBNI menjadi satu entitas.
Menghadapi pekan perdagangan 27-31 Oktober 2025, David mengakui bahwa kondisi pasar modal Indonesia dipengaruhi positif oleh sentimen earning season. Pelaku pasar akan menyoroti kinerja emiten besar di berbagai sektor untuk mencari arah pasar berikutnya.
"Para trader wajib menyimak laporan keuangan yang release 1-2 minggu ke depan dan memanfaatkan momentum earning season jika harga terapresiasi signifikan. Sementara itu untuk investor, tetap pantau pertumbuhan growth fundamental dan akumulasi secara bertahap," ungkap David.
IPOT merekomendasikan empat saham dan obligasi sebagai pilihan, antara lain:
Buy KLBF (Target Price: 1.325, Stop Loss: 1.180).
Buy CPIN (Target Price: 5.500, Stop Loss: 5.000).
Buy AKRA (Target Price: 1.300, Stop Loss: 1.150).
Buy Obligasi PBS038
(Taufik Fajar)