Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Hanya 0,42%, Kenaikan Harga Tak Banyak Pengaruhi Inflasi

Kuntadi , Jurnalis-Senin, 03 September 2012 |16:16 WIB
 Hanya 0,42%, Kenaikan Harga Tak Banyak Pengaruhi Inflasi
Ilustrasi: Corbis
A
A
A

YOGYAKARTA - Kenaikan harga sejumlah barang kebutuhan pokok mendekati Lebaran lalu, tidak banyak berpengaruh terhadap nilai inflasi di DIY.

Terbukti, nilai inflasi pada Agustus ini hanya 0,42 persen atau justru menurun dibandingkan bulan Juli sebesar 0,76 persen atau merupakan inflasi terendah dibandingkan Agustus empat tahun ke belakang.

"Inflasi di Yogyakarta hanya 0,42 persen atau turun dibanding inflasi Juli," jelas Kabid Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik DIY Haryono pada paparan statistik bulanan di kantornya, Senin (3/9/2012).

Menurutnya, inflasi Agustus cukup menggembirakan karena mengalami penurunan dibanding Juli maupun inflasi secara nasional. Saat ini inflasi nasional nilainya mencapai 0,95 persen, jauh di atas inflasi DIY.
Padahal pada periode Juli lalu, inflasi DIY sudah diatas inflasi nasional.

Inflasi ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga pada enam kelompok pengeluaran. Kelompok bahan makanan memberikan andil kenaikan 0,6 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, 0,50 persen, kelompok perumahan air, listrik gas dan bahan bakar 0,15 persen. Sedangkan kelompok sandang naik 0,66 persen dan kesehatan 0,2 persen serta transportasi komunikasi dan jasa keuangan naik 0,82 persen.

"Untuk kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga justru turun 0,01 persen," jelasnya.

Komoditas yang mengalami kenaikan harga yang memberikan andil positif, di antaranya pada sektor angkutan antarkota naik 23,83 persen dengan andil 0,8 persen, daging sapi naik 4,22 persen dengan andil 0,04 persen dan beberapa komoditi lain dengan andil lebih kecil.

Sedangkan komoditas yang harganya menurun dan ikut mempengaruhi penurunan inflasi pada komoditas telur ayam ras yang turun 8,81 persen dengan andil -0,08 persen, cabe merah turun 21,32 persen dengan andil -0,04 persen bawang putih, petai dan beberapa komoditas buahjuga ikut turun dan memberikan andil negatif.

Dikatakannya, inflasi 0,42 persen ini menempatkan posisi DIY sebagai kota dengan nilai inflasi kesepuluh nasional terendah. Inflasi tertinggi terjadi di Palui dengan 2,81 persen dan terendah di Medan dengan 0,04 persen. Inflasi tertinggi di pulau Jawa ada di Bogor dengan 2,07 persen dan terendah di Sukabumi dengan 0,19 persen.

"Kondisi ini harus terus dipertahankan agar kondisi ekonomi lebih stabil," ujarnya.

Sementara itu anggota tim teknis Tim Pengendali Inflasi daerah (TPID) DIY Fadhil Nugroho mengatakan TPID sempat khawatir terhadap nilai inflasi di Agustus ini. Sempat pada awal hingga pertengahan Agustus, kenaikan harga khususnya daging sapi melonjak cukup signifikan. Kenyataannya kenaikan harga ini tidak banyak berdampak terhadap nilai inflasi.

"Kita melihat kenaikan harga komoditas ini bukan karena lebaran tetapi lebih kepada musim panen," jelas Fadhil.

Pria yang juga menjadi Humas BI Yogyakarta ini menambahkan penurunan inflasi ini ditengarai tidak lepas dari kebijakan penyaluran beras bagi keluarga miskin (raskin). Distribusi ini berdampak terhadap harga beras di pasar menjadi stabil. Bahkan ada kecenderungan harga beras di pasar turun.

"Yang kita khawatirkan adalah nilai tukar terhadap barang impor seperti jeruk dan bawang putih yang ikut menyebabkan inflasi," tuturnya.

Menurutnya, kebijakan TPID dalam melakukan operasi pasar juga memberikan andil positif. Termasuk adanya himbauan dan iklan sosial agar bijak dalam membeli barang menjelang Lebaran. (gna)

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement