Selamatkan Teluk Balikpapan dari Tumpahan Minyak

Koran SINDO, Jurnalis
Minggu 08 April 2018 17:10 WIB
Ilustrasi: Selamatkan Teluk Balikpapan (Koran Sindo)
Share :

JAKARTA - Sebuah ikan pesut (orcaela brevirostris) ditemukan mati dengan kondisi mengenaskan. Lidah hewan cerdas mirip lumba-lumba itu membesar dan menjulur keluar, sedangkan ususnya terburai keluar.

Bangkai mamalia laut tersebut ditemukan sehari setelah perairan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur tercemar minyak. Selain pesut, fauna laut yang turut menjadi korban adalah lumba-lumba, dugong, berbagai jenis ikan, dan kepiting.

Habitat yang selama ini menjadi tempat mereka mencari makan dan bertelur pun turut terancam. Tercatat 34 hektare hutan bakau juga terdampak pencemaran. Lebih menyedihkan, lima nelayan juga menjadi korban setelah kapal mereka terbakar.

 Baca Juga: Darurat Tumpahan Minyak di Teluk Balikpapan, 1.000 Personel Dikerahkan Bersihkan Laut

Pencemaran minyak di Teluk Balikpapan ini bukan pencemaran biasa. Pun ternyata bukan pencemaran yang disebabkan tumpahan BBM kapal yang terbakar seperti diduga di awal. Pencemaran terjadi akibat kebocoran pipa bawah laut milik Pertamina yang menghubungkan Terminal Lawe-lawe di Penajam Paser Utama ke Kilang Refinery Unit V Balikpapan.

Karena itu, tak heran bila pencemaran yang terjadi begitu hebat. Tercatat perairan yang tercemar mencapai luas 12.987 hektare dengan panjang pantai terdampak mencapai sepanjang 60 km.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut dampak pencemaran akibat kebocoran pipa crude oil itu benar-benar mengerikan. Siapa yang harus bertanggung jawab secara hukum atas kasus tragedi lingkungan tersebut mesti dicari.

Tapi, yang lebih penting adalah bagaimana pemerintah, Pertamina, dan semua pihak terkait bersama-sama dan secepatnya mengatasi pencemaran di Teluk Balikpapan dan menyelamatkan ekosistem di dalamnya. Semakin cepat penanganan bisa dilakukan diharapkan semakin kecil dampak kerusakan lingkungan hidup yang akan terjadi.

 Baca Juga: Teluk Balikpapan Tercemar Minyak, Ratusan Nelayan Menganggur

Juru kampanye laut Greenpeace Arifsyah Nasution meminta pihak terkait secepatnya mengatasi pencemaran minyak agar tidak meluas ke mana-mana. Pencemaran minyak sangat berdampak pada ekosistem laut. “Idealnya 3x24 jam penyebaran minyak seharusnya sudah dapat tertangani.

Harapan kita, agar tidak ke mana-mana,” kata dia. Menurut dia, kerugian yang ditimbulkan dari tumpahan minyak Pertamina beragam, baik dari kerugian sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Pihaknya bahkan menyebut, selama ini kasus tumpahan minyak tak cukup terekam dengan baik.

Banyak kasus di daerah yang terindi kasi kebocoran, namun tak tertangani dengan baik dan prosesnya suka berlarut-larut. “Tindakan pemerintah lebih pada reaktif daripada preventif. Tidak ada upaya pencegahan dan tak pernah belajar dari kejadian sebelumnya,” tandasnya.

Direktur Eksekutif Kawal Wahana Lingkungan Hidup (Kawalhi) Puput TD Putra juga mengkhawatirkan dampak pencemaran tersebut jika tidak segera ditangani secara tuntas. Salah satu dampaknya terhadap organisme perairan yang akan mengganggu proses kehidupan ekosistem laut.

Dia juga mengkhawatirkan pencemaran minyak akan menyebabkan terumbu karang akan mengalami efek letal dan subletal yang berakibat kematian dalam skala besar.

“Kami meminta pihak terkait bisa membersihkan minyak secara mendalam dan berkesinambungan karena tumpahan minyak tak bisa diselesaikan dalam waktu singkat,” ujar Puput, saat dihubungi.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya