Bahkan menurutnya, di Amerika Serikat (AS) sendiri ketika itu mengalami keterpurukan sehingga ketika itu suku bunga begitu rendah. Ketika suku bunga rendah, maka bunga utang juga lebih kecil.
"Jadi kalau kita bicara 2014, di mana waktu itu monetary policy di seluruh dunia juga sangat loose, dan BI mampu menurunkan suku bunga. Maka pasti dengan stok utang yang lebih kecil dengan suku bunga rata-rata Internasional dan dalam negeri yang lebih rendah, ya pasti pembayaran bunganya lebih moderate," jelasnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu melanjutkan, setelah masa-masa sulit tersebut lima tahun kemudian stok nominal menjadi tinggi. Hal tersebut seiring mulai membaiknya perekonomian Amerika Serikat.
Baca Juga: Menkeu Disebut Menteri Pencetak Utang, Faktanya Utang RI Masih Aman