JAKARTA – PT Smelting (PTS) memastikan produksi katode tembaga tetap stabil, meskipun PT Freeport Indonesia sebagai pemasok utama konsentrat tembaga mengalami penurunan produksi tahun ini. Penurunan produksi disebabkan masa transisi perpindahan operasional tambang terbuka (open pit) beralih ke tambang bawah tanah.
“Penurunan produksi Freeport kami pastikan tidak mengganggu kinerja Smelting. Hal itu karena Freeport sudah berkomitmen memasok seluruh produksinya ke Smelting dengan total 1,1 juta ton,” ujar Manager General Affairs PTS Sapto Hadi Prayetno saat kunjungan redaksi ke KORAN SINDO di Gedung SINDO, Jakarta, kemarin.
Menurut dia, realisasi produksi katode tembaga Smelting tahun ini tetap terjaga. Pihaknya merinci, dengan mengolah 1,1 juta ton konsentrat tembaga, maka akan menghasilkan 291.000 ton produk utama katode tembaga dengan tingkat kemurnian 99,99%.
Baca Juga: Langgar Aturan DMO, 10 Perusahaan Tambang Kena Penalti
Selain itu, PTS diproyeksikan mampu menghasilkan produksi samping hingga 1,04 juta ton asam sulfat (sulphuric acid ) dan sekitar 805.000 ton terak tembaga (copper slag).
“Dengan proyeksi produksi seperti itu, PTS masih tetap bisa menjaga komitmen untuk memenuhi pasokan katode tembaga terbaik kepada pelanggannya, baik di dalam negeri maupun luar negeri,” tuturnya.
Tidak berhenti di situ, PTS juga tetap mampu menjaga komitmen untuk mendukung program ketahanan pangan pemerintah melalui pasokan asam sulfat ke pabrik pupuk Petro Kimia Gresik. PTS juga siap memenuhi komitmen kepada industri baik itu semen, beton, maupun galangan kapal yang memerlukan pasokan slag tembaga.
“PTS juga akan tetap mampu menjaga kontribusinya dalam menjaga neraca perdagangan khususnya di Jatim (Jawa Timur). Seperti diketahui, produk PT Smelting selama ini menjadi kontributor terbesar kedua komoditas ekspor di Jatim,” kata dia.
Baca Juga: Dilarang Ekspor, Amman Mineral Diminta Lengkapi Syarat!
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Gatot Ariyono sebelumnya mengatakan, Freeport Indonesia di pas - tikan akan mengalami penurunan produksi konsentrat tembaga besar-besaran tahun ini. Adapun turunnya produksi disebabkan masa transisi perpindahan operasional tam - bang terbuka (open pit ) beralih ke tambang bawah tanah.
“Penurunan produksi karena ada transisi dari tambang terbuka ke bawah tanah. Penurunan hanya sementara, nanti setelah itu akan stabil lagi,” kata dia.
Bambang menjelaskan, produksi Freeport baru akan stabil pada 2021, sedangkan untuk puncak produksi akan terjadi pada 2025. Untuk tahun ini produksi konsentrat tembaga Freeport diprediksi turun drastis dibandingkan tahun lalu. Tahun ini produksi Freeport diprediksi hanya mencapai 1,2 juta ton jauh dibandingkan hasil produksi sepanjang 2018 mencapai 2,1 juta ton
(Feby Novalius)