Rachmat mengutarakan, potensi bisnis syariah di tahun-tahun mendatang memang besar, apalagi masyarakat sudah semakin mengerti betul pentingnya mengonsumsi produk halal.
Informasi mengenai produk halal dan potensi terjadinya riba dalam proses dagang berserakan di dunia maya sehingga mau tak mau konsumen lebih sadar akan hal tersebut. Di dunia properti misalnya, terang pengusaha ritel mainan anak ini, sekarang sudah ada pengembang perumahan yang menjual hunian tanpa memberikan denda atau bunga saat konsumen ingin mencicil propertinya.
Atau perusahaan teknologi keuangan (financial technology/fintech ) yang bergerak di bidang pembiayaan keuangan secara digital, juga terus bermunculan. “Kami punya kegiatan rutin untuk mengedukasi para pengusaha bagaimana menerapkan bisnis sesuai kaidah agama Islam.
Pelatihan ini untuk segala bidang mulai dari keuangan, properti, makanan dan lainnya, dengan mendatangkan pakar dan praktisi,” sebutnya. Industri makanan berlogo halal, kata dia, merupakan bidang usaha yang ke depannya bakal berkembang pesat, karena tahun ini Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) sudah mulai bertugas untuk memastikan seluruh produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal.
Produk itu mencakup semua barang dan jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, dan produk rekayasa genetik. Juga barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau yang dimanfaatkan oleh masyarakat.
“Intervensi pemerintah saat ini semakin baik dengan mengeluarkan kebijakan dan perangkat hukum yang mendukung bisnis syariah. Tetapi memang harus selalu dipantau agar peraturannya berjalan dengan baik,” ujarnya.
Dihubungi terpisah, pakar bisnis syariah Muhammad Syakir Sula menuturkan, umat Islam sekarang memang semakin menginginkan segala aspek kehidupannya sesuai syariat dan menjalankan kewajiban agama.
Kini makin banyak warga muslim yang lebih spiritual tidak hanya menjalankan kewajiban salat, puasa dan berhaji, tetapi juga mengonsumsi makanan atau produk halal. Ini pula yang menjadikan bisnis syariah berkembang pesat, termasuk perbankan dan asuransi syariah serta wisata halal.
“Ini juga yang ditangkap negara lain seperti Jepang, Malaysia, atau Singapura yang melihat potensi besarnya pemasukan dari wisata halal karena banyaknya turis muslim dari Indonesia. Negara lain justru lebih gencar menangkap momen ini,” tandasnya.