JAKARTA - Dolar Amerika menguat terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), mencapai tertinggi lebih dari satu minggu setelah Federal Reserve mengatakan tidak akan memperpanjang keringanan sementara persyaratan modal bank, mendorong imbal hasil obligasi pemerintah AS naik dari level terendah hari itu.
Greenback dalam beberapa pekan terakhir telah meningkat sejalan dengan imbal hasil obligasi yang lebih tinggi. Sejak awal Januari, indeks dolar, ukuran nilainya terhadap enam mata uang utama, telah melonjak sekitar 3,3%, dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik sekitar 80 basis poin dalam jangka waktu yang sama.
Baca Juga: Dolar AS Menguat Jelang Keputusan The Fed
The Fed mengumumkan pada Jumat (19/3/2021) pihaknya tidak memperpanjang aturan sementara yang mengarahkan bank-bank besar menahan lebih banyak modal untuk aset mereka seperti obligasi pemerintah yang berakhirnya pada 31 Maret.
The Fed telah memberlakukan aturan untuk mendorong pinjaman bank ketika rumah tangga dan bisnis Amerika dirugikan oleh penguncian.
Baca Juga: Dolar AS Menguat, Investor Menanti Kebijakan The Fed
Indeks dolar terakhir naik 0,1% menjadi 91,906. Indeks dolar turun tajam setelah pengumuman Fed tentang sikap kebijakan longgarnya pada Rabu (17/3/2021). Pada minggu ini, indeks dolar naik 0,6%, membukukan keuntungan dalam tiga dari empat minggu terakhir.
"Berita bahwa dispensasi SLR (Supplementary Leverage Ratio) tidak diperpanjang telah memberi dolar sedikit dukungan, sekali lagi sebagian besar melalui kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS," kata ING dilansir dari Antara, Sabtu (20/3/2021).
“Kenaikan yang hampir tidak beraturan dalam imbal hasil obligasi pemerintah AS di beberapa titik tahun ini pasti merusak bias pasar untuk membeli mata uang saat menurun. Berita SLR tentu saja menambahkan elemen kehati-hatian di sini."