JAKARTA - Nilai tukar rupiah diproyeksikan masih akan flat. Walau kondisi sangat memungkinkan untuk rupiah melaju di bawah level Rp9.000, Bank Indonesia (BI) tampaknya belum mengizinkan hal tersebut.
"Apapun yang terjadi di luar atau di dalam negeri, walau itu positif rupiah tetap tidak akan menembus Rp9.000," kata Ketua Currency Management Board Farial Anwar kepada okezone di Jakarta.
Sekarang ini, ia melanjutkan jika BI melakukan intervensi dengan melakukan aksi beli dolar dengan menjual rupiah. "Dan hal ini sangat berhasil, berbeda ketika intervensi pelemahan rupiah, di mana BI melakukan jual rupiah dan membeli dolar," ungkapnya.
Hal inilah, lanjutnya yang membuat rupiah menjadi tidak mengijkuti pergerakan harga sesungguhnya di pasar. "Rupiah menjadi tidak bergerak dengan kekuatan pasar, karena tertahan oleh intervensi bank indonesia," ucapnya.
Padahal, sebagaimana diketahui sekarang ini Indonesia tengah kebanjiran hot money. Dimana masuknya dana asing tersebut adalah akibat dari kebijakan The Fed yang tetap mempertahankan tingkat suku bunga, yang tetap mempertahankan The Fed di level 0,25 persen.
Kondisi ini membuat mata uang di negara yang memiliki suku bunga tinggi seperti di emerging market membuat lebih menarik ketimbang bersuku bunga rendah.
Ditambah lagi dengan pengumuman inflasi pada hari ini. Dimana inflasi diproyeksikan masih akan rendah.
Menurutnya, rupiah akan berada pada kisaran Rp9.000-9.030 per USD pada hari ini, Senin (3/5/2010). "Bahkan, jika IHSG menembus level 3.000, rupiah masih akan berada di atas level Rp9.000," tukasnya.
Sebelumnya, rupiah pada akhir pekan lalu, Jumat (30/4/2010) ditutup menguat dari Rp9.022 per USD pada penutupan perdagangan kemarin menjadi Rp9.012 per USD atau menguat 10 poin.
(Widi Agustian)