Khotibin menjelaskan, teknik pembuatan BH dari batok kelapa ini dibagi menjadi tiga departemen yang terdiri dari pembentukan, pemasangan tali dan finishing. BH dari batok kelapa ini, kata Khotibin, memang nyaman untuk digunakan. Karena dalam proses pembuatannya memang disesuaikan dengan ukuran yang telah ada. Untuk satu kelapa ini dijadikan menajdi satu bra dengan dibentuk beragam ukuran.
"Untuk kelapa di Banyuwangi memang gudangnya sehingga kami tidak perlu khawatir dengan bahan baku. Untuk desainya memang kami lebih banyak mengikuti trend dan permintaan pasar. Industri ini memang harus kaya dengan inovasi agar pelanggan tidak lari," ujar pria berjanggut ini.
Dan hampir semua bahan dari kelapa yang digunakan untuk kerajinan ini tidak terbuang. Mulai dari lidi, manggar, pohon hingga batok kelapa. Semuanya digunakan untuk industri ini.
Pun juga dengan alat musik dari batok kelapa juga banyak diminati seperti karimba dan marakat. Alat musik ini banyak dikirim ke sejumlah negara di eropa seperti Prancis dan London. Namun demikian, Khotibin juga tak melupakan pasar-pasar lokal yang terus tumbuh seperti daerah-daerah yang banyak dikunjungi oleh wisawatan seperti Bali dan Yogyakarta. "Pasar lokal memang masih bagus saat ini. Kalau bergantung dengan pasar luar negeri tidak bisa karena tergantung dengan nilai tukar rupiah," jelasnya.
Sayangnya, Khotibin enggan menyebut berapa omzet perbulan usahanya itu, "Gak usahlah kalau omxzet. Yang penting cukup untuk membayar gaji karyawan dan gaji borongan. Untuk itu harus mengeluarkan sekitar Rp50 juta per dua bulan. Sedangkan per tahun bisa mengekspor produk-produk ini hingga lima kali," paparn
(Widi Agustian)