Ferdinand melanjutkan, keputusan Kementerian BUMN dalam proyek kereta cepat juga memilik dampak yang tidak kecil dan ringan bagi masa depan investasi di Indonesia. Di mana, keputusan orang nomor satu di BUMN itu mengancam kelangsungan hubungan bilateral antara Indonesia, Jepang, dan China.
"Ini berbahaya dan mengancam stabilitas Asia secara keseluruhan. Luar biasa, Rini tidak peduli dengan risiko-risiko yang akan lebih merugikan bangsa ke depan. Rini sudah menerapkan cara-cara berinvestasi yang tidak sehat dan tidak beretika, terlebih Jepang adalah negara yang sejak lama sudah berinvestasi besar di Indonesia," tambahnya.
Menurut Ferdinand, kereta cepat asal China juga belum teruji secara baik dibandingkan kereta cepat asal Jepang yang sudah 50 tahun lebih dahulu mengembangkan teknologi tersebut. "Jangan abaikan faktor keselamatan manusia hanya karena mungkin punya ekspektasi tertentu dalam proyek ini," ujar dia.
Oleh karena itu, dia menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus mengambil langkah yang tepat, apalagi terhadap mega proyek seperti proyek kereta cepat. Lanjut Ferdinand, langkah yang bisa diambil oleh pemerintah salah satunya dengan membatalkan proyek kereta cepat atau melakukan tender ulang dan mengundang banyak investor.
"Kita juga tidak melihat ada urgensinya proyek ini harus dilakukan sekarang, lebih baik tunda hingga ekonomi global membaik," tutupnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)