”Akselerasi belanja modal pada kuartal I harus berlanjut pada kuartal II, III, dan IV. Namun, tentunya penerimaan negara harus mencukupi untuk belanja agar realisasi belanja modal bisa terus berlanjut,” ujar Perry. Selain itu, harus ada upaya untuk mendorong konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi, namun belum menunjukkan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian pada kuartal pertama.
Akselerasi belanja modal dinilai tidak cukup sehingga penting juga mendorong konsumsi masyarakat dari sisi permintaan yang saat ini masih lemah. ”Caranya dengan mempercepat belanja sosial untuk mendorong permintaan, menciptakan lapangan kerja, dan mengentaskan kemiskinan,” kata Perry. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro sebelumnya mengungkapkan, konsumsi rumah tangga yang menjadi motor penggerak utama laju PDB nasional memang masih belum pulih sepenuhnya.
”Konsumsi rumah tangga diperkirakan tidak bisa tumbuh lebih dari 5 persen akibat pelemahan daya beli masyarakat yang telah terlihat sejak awal tahun,” tuturnya. Kendati demikian, ujar Bambang, pemerintah berupaya untuk tetap membuat arah APBN tetap ekspansif agar dapat berperan lebih signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Karena itu, dia mengatakan, pemerintah memutuskan untuk memperlebar defisit anggaran dari 2,15 persen menjadi 2,48 persen terhadap PDB.
(Fakhri Rezy)