Listrik bukanlah urusan substansi, kekuatan, tetapi urusan teknis. Sering direksi PLN bilang bahwa orang tuanya dua, tetapi Ibunya adalah ESDM, jangan mengkontes ibunya, yang menentukan kebijakan itu ESDM, yang satunya Bapaknya yang mengurusi labanya.
Janganlah mengontes Ibunya, durhaka jadinya. Persepsi di publik pasti tidak baik, masa regulator dikontes. Suasana kerja tidak enak, beliau tidak pernah datang, DPR sampai marah-marah. Manajemen harus terbuka, komitmen, pegang integritas itu modern manajemen. Kalau kita main di belakang itu bukan perang modern, janganlah begitu.
Bu Nicke tolong sampaikan ke manajemen, hentikan kontes pemerintah, toh saat kita susun (aturan), kita bareng-bareng. Perception you can buy, but you cannot buy reality, dan saya bangun reality.
Saya mau bangun kerja. Pak Sofyan pernah saya tanya, pernah enggak duduk di tempat saya? Not once. Sangat aneh apabila saya sulit ditemui. Saya tidak ketat untuk protokoler, setiap kita punya acara, (Sofyan) tidak pernah datang.
Jangan sampai sejarah mencatat, kegagalan 35.000 MW karena ulah pimpinan. Bilang ke Pak Sofyan, saya juga ngomong terbuka di sini, agar tidak ada salah persepsi. Bapak Ibu sekalian developer, dalam waktu dekat kita akan mengundang IPP tolong bicara apa adanya, agar solusinya tepat.
Yang terakhir, menurut saya masa depan kebohongan, penindasan, mafia akan suram. Apabila pemimpin tipe seperti itu, maka masa depannya suram. Kegelapan, kebohongan tidak punya masa depan. Karena itu kita mengelola dengan cara terbuka, dua pesan ini agar diingat dan dijalankan.
Regulasi untuk dijalankan bukan dikontes, saya bicara terbuka mumpung masih punya waktu untuk mengoreksi. Saya ingin soft landing, selama ini saya menahan diri tidak terbuka mungkin dengan begitu akan memberikan dampak.
Bicara apa adanya, bekerja sebaik mungkin, dan sejarah akan mencatat kita menjadi bagian pembangunan negara. Sekian dari saya.Silakan dilanjutkan dan maaf saya harus pergi karena harus ada keperluan lain.
(Martin Bagya Kertiyasa)