Luhut menjelaskan, dengan banyaknya investasi yang dilakukan pemerintah, maka akan menambah banyaknya utang. Sebab, kebutuhan dana untuk melakukan investasi cukup besar.
"Ya gimana orang investasi tidak dihitung utang, masa orang kasih uang ke kamu saja. Logikanya kamu di mana? Yuk suruh yang pintar mengkritik itu suruh datang ke saya. Suruh datang, jelasin ke saya,” ujarnya, Jakarta, Senin (10/7/2017).
Menurutnya, saat ini Indonesia belum bisa mengurangi utang karena sedang melakukan pembangun proyek infrastruktur yang membutuhkan dana yang tak sedikit. Namun, semua infrastruktur itu tak akan mengandalkan APBN, tapi akan mencari investor swasta.
"Ya tidak mungkin (hemat anggaran), saya beri contoh, pembangunan infrastruktur kita butuh USD450 miliar, APBN hanya bisa menyervis itu USD120 miliar. Sisanya dari mana? Itulah yang disebut foreign direct investment. Nah, sekarang China nih datang, kemarin saya temani di Parapat, ikut dia sidang, dia kaget begini ternyata proses pengambilan keputusan di sini, cepat, dia saya beri contoh yang tadi itu," ujarnya.
"Nah, dia mau investasi USD25 miliar, B to B, bukan G to G. Dia cari partner Indonesia, kami partner kan, misalnya dengan PP. Misalnya dengan private sector kita. Merekalah yang main. Masalahnya di mana?" tutur Luhut.