"Yang kami khawatirkan adalah terganggunya kegiatan bongkar muat dan keterlambatan arus barang. Namun yang kami khawatirkan tersebut tidak terjadi karena Kementerian Perhubungan telah melakukan langkah antisipatif yang patut diapresisasi. Tinggal dilihat saja nanti akankah terjadi keterlambatan arus barang keluar dari JICT atau tidak,” ujar Carmelita.
Hal yang sama juga diutarakan oleh Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yukki Nugrahawan Hanafi sore tadi. Yukki mengapreasiasi solusi dari Kementerian Perhubungan dengan mengalihkan bongkar muat di JICT ke terminal internasional lainnya.
"Sejauh ini yang kami lihat semua bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok berjalan normal. Sempat ada rasa khawatir saat aksi mogok kerja SP JICT dimulai kemarin namun pupus semua setelah pelayanan jasa kepelabuhanan JICT dialihkan ke keempat terminal tersebut dan berjalan normal," ujar Yukki.
Sebagai Informasi, terminal peti kemas di area Pelabuhan Tanjung Priok yang melayani kapal dan bongkar muat peti kemas pelayaran internasional adalah JICT, TPK Koja, NPCT-1, MAL, Terminal 3 dengan market share per Juni 2017 masing-masing sebesar 42% (JICT), 21% (TPK Koja), 16% (NPCT-1), 8% (MAL), dan 8% (Terminal 3).
(Rizkie Fauzian)