"Ketiga hal ini mengindikasikan APBN lebih sehat dan produktif tapi tetap dalam siklus yang ekspansif. Maka arah kebijakan kami adalah jasa rasio utang, pembiayaan yang kreatif dan inovatif dengan pembiayaan dari swasta, serta meningkatkan peran UMKM," jelasnya.
"Pembiayaan pinjaman negatif, maka artinya kita bayar secara neto Rp6,7 triliun, investasi Rp65,7 triliun naik sedikit dari 2017 Rp59,7 triliun dan penjamin Rp1,1 triliun," imbuhnya.
Sementara itu, pembiayaan utang sebesar Rp399,2 triliun berasal dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp414,7 triliun (neto) lebih kecil dibandingkan outlook 2017 sebesar Rp433 triliun dan pinjaman Rp15,5 triliun (neto).
"Diharapkan untuk pembiayaan produktif dan jaga stabilitas makro. APBN terus melakukan pengelolaan utang secara hati-hati dan produktif. Biasanya salah satu keputusan oleh pemerintah menetapkan dalam rupiah dan valas, memperhatikan kebutuhan dan pasar," tukasnya.
(Dani Jumadil Akhir)