JAKARTA - Robohnya atap Bursa Efek Indonesia, Senin (15/1/2018) mengejutkan banyak pihak. Tragedi sekira pukul 12.10 WIB ini terjadi pada saat perdagangan saham istirahat sesi I.
Lalu bagaimana perdagangan sesi kedua? Berdasarkan keterangan dari otoritas BEI Perdagangan BEI sempat akan diundur selama 1 jam karena alasan force majeur. Namun, selang beberapa menit kemudian, otoritas bursa membatalkan rencana tersebut.
Jika ditilik, tragedi yang menimpa di BEI bukan pertama kalinya. Cerita duka juga pernah menyelimuti gedung BEI yang beroperasi sejak 1994 tersebut. Gedung BEI pernah menjadi saksi bisu ledakan pada 2000. Kemudian pada 2008, IHSG pernah disetop lantaran saham-saham berguguran, pada 2017 gedung BEI pernah berasap dan 2018 selasar BEI ambruk.
Berikut ini cerita duka di Gedung BEI, yang dirangkum Okezone.
1. Ledakan di BEJ, 13 September 2000.
Penghentian sementara perdagangan saham di BEI pernah terjadi pada 2000. Kala itu terjadi ledakan di Gedung BEI.
Gedung BEI yang saat itu bernama Bursa Efek Jakarta (BEJ) dikagetkan oleh ledakan dari sebuah bom di lantai P2 gedung Bursa Efek Jakarta, pada 13 September 2000, sekira pada pukul 15.17 WIB.
Bom bersumber dari bom mobil dari bahan TNT seberat 50 kg. 15 orang menjadi korban tewas dalam peristiwa ini.
Tak ayal, ledakan itu ikut membuat panik dan meluluhlantakan perdagangan di pasar keuangan Tanah Air. Indeks harga saham gabungan (IHSG), yang menjadi cerminan kinerja harga keseluruhan saham, tampil mengenaskan dengan melemah 954 poin ke level 442,091.
Kala itu, Kepala Bapepam dijabat oleh Herwidayatmo, Dirut BEJ dijabat oleh Mas Achmad Daniri, dan Direktur Bursa Efek Surabaya (BES) Anton Natakoesoemah. Ledakan kala terjadi saat perdagangan sesi kedua pada pukul 15.29 WIB. Mereka langsung ambil tindakan dengan menghentikan perdagangan. Padahal, pada hari biasa, transaksi saham sesi kedua ditutup pada pukul 16.00 WIB.
Perdagangan pun dihentikan selama dua hari pada Kamis dan Jumat tanggal 14-15 September 2000.
Baca Juga : Suspensi Pernah Terjadi Saat Tragedi Bom BEJ
2. Krisis Subprime Mortgage di Pasar Modal, Oktober 2008
Pelaku pasar di dunia dihentakkan ledakan kekhawatiran krisis likuiditas di Amerika Serikat. Bursa Efek Indonesia menghentikan perdagangan IHSG. Saat itu, yang terjadi memang bukan karena ledakan bom. Namun, efeknya menyerupai ledakan bom.
Yang menjadi perhatian adalah efek psikologis ketidakpastian program penyelematan sistem keuangan Amerika yang tertuang dalam program bailout USD700 miliar. Walau bank sentral di Amerika, Eropa, dan Asia kala itu berbondong-bondong mengantisipasi keadaan, namun pelaku pasar tetap saja panik.
Begitu juga yang terjadi di lantai BEI Rabu (9/10/2008) pukul 11.06.14 WIB. Direksi BEI mengumumkan penghentian perdagangan sementara efek bersifat ekuitas dan derivatif di seluruh pasar.
Karena terjadi penurunan signifikan pada IHSG hingga mencapai level 1.451,669.
Sebagai informasi, pada posisi sesi pertama pembukaan, tepatnya 10.40 JATS, IHSG berada di level 1.472,71, turun tajam 147,01 poin atau anjlok sangat dalam sebesar 9,08 persen. Indeks saham berada pada level paling rendah sejak 2 Oktober 2006. Saat itu indeks saham berada di posisi 1.549,629.
Baca Juga : Perdagangan di BEI Kembali Disuspensi