JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan angka inflasi pada minggu pertama bulan Maret 2018 berada level 0,11%. Angka tersebut lebih rendah dari inflasi di Februari yang sebesar 0,17%.
Hal ini berdasarkan survei pemantauan harga yang dilakukan BI pada 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) dan 164 pasar di seluruh wilayah Indonesia.
"Itu inflasi di minggu pertama Maret di kisaran 0,11%," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo di Kantor BI, Jakarta, Jumat (9/3/2018).
Baca Juga: Lika-liku Inflasi Februari 0,17% dan Biang Keladinya
Agus mengatakan, inflasi didorong gejolak harga atau volaitle food pada komoditas bawang. Sementara komoditas beras mengalami penurunan harga sehingga menyebabkan deflasi.
"Harga beras sudah mulai turun, ada deflasi. walaupun ada inflasi di bawang putih dan bawang merah," sebut dia.
Penurunan harga beras ini, kata Agus, karena mulai masuknya pada musim panen raya. Selain itu impor beras yang juga mulai datang ke Indonesia membuat persediaan beras dalam negeri mulai terisi.
Baca Juga: Inflasi Februari 0,17% karena Pelemahan Rupiah?
"Jadi volatile food sesuai dengan kesepakatan pemerintah dengan BI termasuk pemerintah daerah, kami akan jaga di kisaran bawah 4%-5%. Tahun lalu volatile food hanya menyumbang 0,71%," jelasnya.
Agus mengatakan, inflasi di 2018 secara tahunan (year on year/yoy)
masih akan sesuai target. Inflasi tahunan diprediksi akan terkendali di kisaran 3,5%.
"Inflasi 2018 sesuai target 3,5%. Pemerintah sudah mencanangkan di 2018 tidak ada penyesuaian BBM dan listrik. Jadi, kemungkinan inflasi di administered price akan terjaga," pungkasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)