JAKARTA - Keputusan The Fed, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) untuk meningkatkan suku bunga acuannya pada pekan lalu sebanyak 25 basis points (bps), tak membuat Bank Indonesia (BI) berencana untuk meningkatkan 7 Days Reserve Repo Rate (7-Days Repo Rate). Untuk diketahui, saat ini suku bunga acuan AS telah meningkat menjadi berada di kisaran 1,5% hingga 1,75%.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menyatakan, kebijakan suku bunga negara adidaya tersebut memang berdampak pada Indonesia, di sisi lain bank sentral negara lain juga diproyeksi akan menaikkan suku bunga acuannya karena perbaikan ekonomi dunia. Meski demikian, kenaikan suku bunga acuan BI ditetapkan berdasarkan pada dua hal yakni inflasi dan defisit transaksi berjalan (Current Account Defisit/CAD).
Baca Juga: Dirut Mandiri Senang Suku Bunga BI Dipertahankan
“Karena kita bisa menjaga makro ekonomi dengan baik. Sehingga kalau suku bunga di luar naik, bukan berarti BI menaikkan suku bunga juga,” ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Senin (2/4/2018).
Menurutnya, inflasi Indonesia dalam 3 tahun terakhir ini masih terjaga dalam kisaran 3,5 plus minus 1%. Di sisi lain, CAD dinilainya juga masih dalam kondisi yang terjaga.
Kedua hal tersebut juga, kata Mirza, yang membuat BI menurunkan suku bunga acuannya ketika The Fed menaikkan suku bunga acuan. Dalam dua tahun terakhir, BI telah menurunkan suku bunga acuan hingga 200 bps, di mana dalam periode tersebut The Fed telah menaikkan suku bunga hingga lima kali.
Baca Juga: BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di 4,25%
"Walaupun AS naikkan 5 kali, BI bisa turunkan, itu berdasarkan fakta fundamental. CAD berhasil kita kendalikan, itulah kenapa kita bisa turunkan, karena inflasi juga terjaga di bawah garis bawah," jelasnya.
Selain itu, kata Mirza, beberapa negara memang diprediksi akan ikut menaikkan suku bunga acuannya tahun ini. Negara-negara ini sebagian besar merupakan negara maju seperti Inggris, Kanada, dan Australia.
Baca Juga: BI Diprediksi Tahan Suku Bunga Acuan, Begini Hitung-hitungannya
"Orang awam mungkin enggak ngerti. Bunga ini sebenarnya untuk mencegah bubble, agar ekonominya tumbuh sehat dan tidak crash. Kalau suatu kenaikan harga dibiarkan itu bisa jadi bubble, pas bubble pecah bisa jadi krisis, oleh itu BI tugasnya jangan sampai jadi bubble tapi jangan sampai juga ekonomi yang lemah," paparnya.
Oleh sebab itu, menurut Mirza, suku bunga acuan yang telah diturunkan BI beberapa kali dan belum akan dinaikkan ini, sudah seharusnya dimanfaatkan perbankan untuk memangkas suku bunga kreditnya juga. Sehingga, pertumbuhan kredit tahun ini bisa mencapai dua digit.
"Suku bunga kan sudah turun 8 kali, sudah cukup (tidak ada ruang penurunan), sekarang tinggal bank harus optimis salurkan kredit, manfaatkan kebijakan LTV (Loan To Value) dan teman teman sektor riil juga harus optimis wujudkan pertumbuhan, " ucapnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)