Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Menjelajah Eksotisme Terowongan dan Jembatan Kereta Peninggalan Belanda

Koran SINDO , Jurnalis-Senin, 02 April 2018 |11:04 WIB
Menjelajah Eksotisme Terowongan dan Jembatan Kereta Peninggalan Belanda
Foto: Kereta Peninggalan Belanda (Koran Sindo)
A
A
A

Walaupun di ujung kanan dan kiri penuh semak belukar. Lain halnya dengan bangunan keempat, Terowongan Wilhelmina. Terowongan ini memiliki panjang 1.116 meter, membelah batuan purba di Pegunungan Pangandaran. Kendati kontruksi terowongan ini lurus, namun ujung terowongan tak bisa dilihat mata lantaran panjangnya bangunan terowongan.

Ribuan ton batu, pasir, dan semen dihabiskan pemerintah Hindia Belanda untuk membangun terowongan ini. Belum lagi ribuan meter kubik batuan dan tanah yang digali. Namun, kuatnya konstruksi, terowongan ini masih kokoh berdiri di tengah Hutan Sumber. Tak banyak warga yang berani mask ke terowongan ini.

Wartawan yang menjajal masuk terowongan ini juga mesti dipandu tim, lengkap dengan peralatan senter dan P3K. Setidaknya perlu waktu satu jam untuk menyusuri terowongan terpanjang di Indonesia ini.

Tak selesai disuguhkan empat terowongan prestisius, jalur KA nonaktif Banjar-Pangandaran-Cijulang juga memiliki enam jembatan tinggi dan terpanjang. Konstruksi jembatan dibangun lantaran jalur ini memiliki kontur tanah berbukit dan lembah. Keenam jembatan itu adalah Jembatan Cipamotan (310 m), Cipam bo kongan (284 m), Cikabuyutan (164 m), Cikacampa (160 m), Cipanerekean baja (150 m), dan Cipanerekean beton (95 m). Keenam jembatan itu rata-rata memiliki tinggi antara 10-40 meter.

Sebagian jembatan dibangun menggunakan beton, dan sebagian lagi full baja.

“Jembatan Cipamotan atau Cikacepit memiliki panjang 310. Ini jembatan terpanjang di Indonesia. Bahkan, untuk membangun jembatan ini, bajanya langsung didatangkan dari Belanda. Untuk membangun jembatan ini diperkirakan menghabiskan 689 ton baja,” jelas dia.

Yang menarik dari jembatan-jembatan ini, sebagian besar berada di dekat terowongan. Sehingga bisa dibayangkan, penumpang kereta kala itu keluar masuk terowongan dan melintasi jembatan panjang di atas lembah setinggi lebih dari 40 meter.

Jembatan Cikacepit termasuk yang kondisinya terbilang utuh. Sementara jem - batan lainnya telah hilang. Hanya tersisa rangka dan beton. Menurut dia, jalur tersebut melewati 3 kota, yaitu Banjar, Ciamis, dan Pangandaran.

“Dulu, lama perjalanan KA hingga 4 jam melewati 17 stasiun dan halte. Tahun 75-an tarif dewasa Rp125 dan anak Rp100. Tetapi penumpang disuguhi pemandangan indah selama dalam perjalanan,” imbuh dia.

Jalur Banjar-Pangandaran- Cijulang awalnya dibangun untuk mengangkut hasil pertanian dan perkebunan. Selain itu, membuka aksesibilitas jalur selatan Jawa Barat. Rencana semula, jalur KA tersebut akan terhubung hingga Pamengpeuk, Garut. Namun rencana tersebut tak terlaksana karena krisis keuangan yang dialami Pemerintah Hindia Belanda.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement