Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Pidato Presiden Jokowi tentang Game Of Thrones Banjir Standing Ovation

Yohana Artha Uly , Jurnalis-Jum'at, 12 Oktober 2018 |12:13 WIB
Pidato Presiden Jokowi tentang Game Of Thrones Banjir <i>Standing Ovation</i>
Presiden Jokowi mendapat Standing Ovation (Foto: Feby/Okezone)
A
A
A

NUSA DUA - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Widodo) memberikan sambutan dalam acara utama dari Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018 yakni Annual Meetings Plenary (Bussiness Meeting).

Dalam kesempatan tersebut usai menyampaikan pidatonya, Jokowi mendapatkan standing ovation atau para peserta memberi apresiasi tepuk tangan dengan berdiri.

Baca Juga: Bos IMF: Permasalahan Dunia Semakin Kompleks

Hadir dalam acara di antaranya Managing Director IMF Christine Lagarde, Secretary IMF Jianhai Lin, President World Bank Kim Jim Yong, Chairman Annual Meetings 2018 sekaligus Menteri Keuangan Finland Perteri Orpo. Selain itu dihadiri pemimpin negara dari Laos, Kamboja, dan Myanmar serta delegasi dari 189 negara.

Para menteri kabinet kerja juga hadir, diantaranya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Bambang Brodjonegoro, Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menko Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan, Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani.

jokowi

Saat itu, Jokowi memberikan gambaran menarik tentang kondisi ekonomi global. Menurutnya seperti dalam serial televisi Game Of Thrones.

Game Of Thrones merupakan drama fantasi yang menceritakan perebutan tahta kerajaan yang disebut The Iron Thrones. Cerita ini menggambarkan ketamakan manusia dalam mendapatkan posisi tertinggi dengan saling menjatuhkan.

Baca Juga: Presiden World Bank Ungkap Ada 2 Masalah Besar bagi Negara Kaya dan Miskin

"Perebutan kekuasaan antar para 'Great Houses' itu bagaikan sebuah roda besar yang berputar. Seiring perputaran roda, satu Great House tengah berjaya, sementara House yang lain menghadapi kesulitan dan setelahnya House yang lain berjaya dengan menjatuhkan House yang lain," kata dia dalam pidato di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Jumat (12/10/2018).

Namun dalam waktu perebutan tersebut, membuat tak sadar adanya ancaman 'global' yang datang, dalam serial ini yakni Evil Winter yang ingin merusak seluruh dunia dengan es dan kehancuran. Saat kondisi demikian baru disadari oleh setiap House tidak penting siapa yang menduduki The Iron Throne, yang penting adalah kekuatan bersama untuk mengalahkan ancaman.

imf

"Yang penting adalah kekuatan bersama untuk mengalahkan Evil Winter agar bencana global tidak terjadi. Agar dunia tidak berubah menjadi tanah tandus yang porak poranda yang menyengsarakan kita semua," jelas dia.

Dia menyatakan, saat ini dunia menghadapi ancaman global yang tengah meningkat pesat. Perubahan Iklim telah meningkatkan intensitas badai dan topan di Amerika Serikat hingga Filipina, sampah plastik di laut di seluruh penjuru dunia telah mencemari pasokan makanan di banyak tempat.

"Ancaman global yang tumbuh pesat tersebut yang hanya bisa kita tanggulangi jika kita bekerja bersama," lanjutnya.

Guna mencegah kehancuran dunia akibat perubahan iklim global yang tidak terkendali maka perlu segera meningkatkan investasi tahunan secara global sebesar 400% untuk energi terbarukan.

"Untuk itu, kita harus bertanya: apakah sekarang ini merupakan saat yang tepat untuk rivalitas dan kompetisi? Ataukah saat ini merupakan waktu yang tepat untuk kerjasama dan kolaborasi? Apakah kita telah terlalu sibuk untuk bersaing dan menyerang satu sama lain sehingga kita gagal menyadari adanya ancaman besar yang membayangi kita semua?Apakah kita gagal menyadari adanya ancaman besar yang dihadapi oleh negara kaya maupun miskin? Oleh negara besar ataupun negara kecil?," paparnya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Ibaratkan Kondisi Ekonomi Global seperti Game of Thrones

Dalam perkiraannya, season terakhir dari serial Game of Throne yang akan hadir di tahun depan berakhir dengan pesan moral, yakini konfrontasi dan perselisihan akan mengakibatkan penderitaan. Bukan hanya bagi yang kalah namun juga bagi yang menang.

"Ketika kemenangan sudah dirayakan dan kekalahan sudah diratapi barulah kemudian kedua-duanya sadar, bahwa kemenangan maupun kekalahan dalam perang selalu hasilnya sama yaitu dunia yang porak poranda," katanya.

imf

Dia menyampaikan, tidak ada artinya kemenangan yang dirayakan di tengah kehancuran. Juga tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi yang terbesar di tengah dunia yang tenggelam.

"Saya ingin menegaskan bahwa saat ini kita masuk pada 'Season Terakhir' dari pertarungan ekspansi ekonomi global yang penuh rivalitas dan persaingan. Bisa jadi situasinya lebih genting dibanding krisis finansial global sepuluh tahun yang lalu," ungkapnya.

Baca Juga: Indonesia Dapat Komitmen Investasi di Bidang Infrastruktur Rp202 Triliun

Dia pun menyatakan, dalam Pertemuan Tahunan IMF-World Bank para pembuat kebijakan moneter dan fiskal dunia untuk menjaga komitmen kerjasama global. Mampu berkontribusi dalam mendorong para pemimpin dunia untuk menyikapi keadaan ini secara tepat.

"Diperlukan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang mampu menyangga dampak dari Perang Dagang, Disrupsi Teknologi, dan ketidakpastian pasar," ujar dia.

Usai menyelesaikan pidatonya tersebut, sontak seluruh peserta dalam acara tersebut bersorak dan memberi tepuk tangan yang meriah kepada Jokowi. Lagarde pun memberi menyalami Jokowi ketika balik ke tempat duduknya.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement