Share

Pembangunan Infrastruktur Tekan Kemiskinan Papua

Koran SINDO, Jurnalis · Selasa 13 November 2018 12:30 WIB
https: img.okezone.com content 2018 11 13 20 1977119 pembangunan-infrastruktur-tekan-kemiskinan-papua-dK7V99pd3p.jpg Ilustrasi: Foto Okezone

JAKARTA – Pembangunan infrastruktur yang menjadi salah satu program prioritas pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla telah mengubah wajah sejumlah daerah tertinggal, salah satunya Papua. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Papua mencatat perekonomian Papua bisa tumbuh semakin baik dengan pembangunan infrastruktur dan fasilitas.

Kepala Bappeda Provinsi Papua Muhammad Musaad menyatakan, pembangunan Papua secara signifikan baru dilakukan pada 2002. Sebelumnya pada 2000, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) hanya Rp 900 miliar yang sangat kurang membangun Papua dengan permasalahan kompleks. Kemudian pada 2002 baru hadir dana otonomi khusus (otsus) sebesar Rp1,3 triliun sehingga mampu menambah APBD Papua.

“Jadi, awalnya pembangunan Papua secara sungguh-sungguh itu baru pada tahun 2002,” kata Muhammad di Jakarta.

 Baca Juga: Begini Caranya Bangkitkan Perekonomian di Papua

Dia menjelaskan, tantangan kawasan Papua karena memiliki topografi beragam sehingga perlu metode yang tepat dalam pembangunannya. Di antaranya seperti wilayah berada di bawah permukaan laut, namun di kawasan lainnya juga ada yang berada di ke tinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut.

“Selain itu, juga ada daerah berawa-rawa,” katanya. Sejak 2013 pemerintah melakukan per ubahan metode pembangunan Papua yang tadinya berbasis sektoral atau satu pendekatan saja menjadi pendekatan spasial kultural. Dengan ini pendekatan menjadi kewilayahan yang berbasis kultur.

“Kami membagi Papua dalam lima kawasan adat untuk dibangun. Dengan begitu, di masing-masing kawasan ini akan terlihat masalahnya dan tentu ditangani dengan cara berbeda,” ujarnya.

 Baca Juga: 4 Tahun Jokowi-JK, Jalan Trans Papua Sudah Tembus 3.103 Km

Menurutnya, pembangunan Papua bergerak maju dan mengalami perbaikan. Hal ini terlihat dari tingkat kemiskinan kian turun, karena pada 2000 tingkat kemiskinan Papua 54% turun 31,51% pada 2013 hingga menjadi 27,62% pada 2018. Begitu juga Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Papua pada 2013 mencapai 56% dan pada 2018 meningkatkan jadi 59,5%.

“Dalam soal isolasi transportasi di Papua, sedikit demi sedikit sudah bisa diatasi,” ungkapnya.

 Baca Juga: KEIN Pantau Pembangunan Infrastruktur di Papua, Hasilnya?

Meski demikian, diakui Musaad, pembangunan Papua masih harus terus digenjot . Mengingat pembangunan serius baru dilakukan sejak 2002 atau selama 17 tahun.

“Masih dibutuhkan energi besar untuk pembangunan Papua. Tapi secara keseluruhan, saya kira ada pergerakan dan perubahan yang nyata perlu diketahui sehingga akan menjadi pemicu juga untuk percepatan pembangunan di Papua,” tuturnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Cenderawasih Jayapura Apolo Safanpo mengatakan, perlunya sumber daya manusia (SDM) berkualitas untuk mendorong perekonomian di Papua. Terlebih saat ini dunia sedang memasuki era industri 4.0, yakni seluruhnya menggunakan digitalisasi.

Follow Berita Okezone di Google News

Dia menjelaskan, pembangunan sektor pendidikan di Papua tidak cukup dengan hanya melibatkan pemerintah pusat dan daerah namun juga peran swasta. Menurutnya, pemerintah sudah mendorong pembangunan sektor pendidikan, tapi seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan pertumbuhan jumlah penduduk, maka tantangan yang dihadapi semakin besar.

“Jadi tidak bisa berpuas diri, apa yang dilatih harus di upgrade, baik kapasitas, kualitas, dan kuantitas tenaga pendidikan maupun sarana prasarana pendidikan,” kata Polo.

Dia menyebutkan, pada 2017 jumlah penduduk 3,5 juta dengan 361.000 penduduk usia 19-24 tahun. Kelompok usia ini merupakan usia kuliah karena Universitas Cendrawasih Jayapura hanya mampu menampung 24.000 mahasiswa dan perguruan tinggi swasta di Papua hanya bisa menampung 9.000 mahasiswa.

Karena itu, total yang bisa ditampung perguruan tinggi di Papua 30.000 mahasiswa dari 361.000 penduduk usia 19-24 tahun. “Itu berarti hanya 8%, jadi ada 92% anak-anak Papua usia kuliah tidak tahu kemana, mungkin mereka sedang kuliah di luar negeri, mungkin di luar Papua, atau bahkan sedang tidak dapat kesempatan mengenyam pendidikan tinggi. Karena berbagai kendala, keterbatasan daya tampung, batasan tenaga pendidik, sarana dan prasarana pendidikan, dan lain-lain,” ujarnya.

Saat ini pemerintah memang tengah mendorong pendidikan untuk memenuhi kebutuhan di berbagai sektor khususnya hingga tahun 2045. Sebab Indonesia juga menikmati adanya bonus demografi karena sebagian besar penduduk adalah usia produktif.

“Tahun 2045 kita merayakan 100 tahun kemerdekaan. Saat itu, anak-anak kita yang akan menyelenggarakan negara, kalau kita tidak perhatikan SDM, bukan bonus demografi yang didapat, tapi bencana demografi. Kalau kita hanya punya kuantitas yang banyak, tapi kualitas rendah, maka kita akan dikuasai bangsa lain,” ujarnya.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini