Dua lokasi yang diusulkan ke Pemprov Jawa Barat itu letaknya persis berada di perlintasan sebidang kereta, yakni Jalan MA Salmun, Bogor Tengah dan Kebon Pedes, Tanah Sareal, Kota Bogor. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Bogor Chusnul Rozaqi mengusulkan anggaran sebesar Rp140 miliar untuk pembangunan dua flyover tersebut.
“Tujuan pembangunan sama seperti Flyover Jalan RE Martadinata yaitu mengurai kemacetan,” katanya kemarin.
Perincian anggarannya Rp80 miliar untuk Flyover MA Salmun dan Rp60 miliar untuk Flyover Kebon Pedes. Dia berharap pada 2020 pembangunan kedua flyover segera terealisasi. Pemkot Bogor hanya terlibat dalam pembiayaan pembebasan lahan, khususnya di Kebon Pedes.
“Memang tak sepenuhnya provinsi dalam proyek ini. Untuk kegiatan pembebasan lahannya tanggung jawab Pemkot Bogor,” ujarnya.
Pihaknya belum melakukan sosialisasi kepada masyarakat atau pengguna jalan karena masih tahap usulan. “Jika desain nya sudah ada baru disosial isasi kan. Minimal pada APBD Perubahan 2019 kami coba untuk kegiatan sosialisasinya,” kata Chusnul.
Pembangunan flyover di kedua lokasi tersebut sangat diperlukan mengingat tingginya volume kendaraan saat jam sibuk. Mengenai progres Flyover Jalan RE Martadinata, saatini pengembang sudah melebarkan jalan dan membangun tiang fondasi. “Flyover yang menye berangi perlintasan sebidang di Jalan RE Martadinata ditarget kan selesai pada Desember 2019,” ucapnya.
Pembangunan jembatan layang sepanjang 300 meter itu dikerjakan PT Brantas Abipraya dengan menelan anggaran Rp95 miliar. Ketua Komisi C DPRD Kota Bogor Laniasari mengatakan, pembangunan flyover di beberapa titik perlintasan sebidang kereta di Bogor memang sangat mendesak.
“Intensitas jadwal KRL Commuter Line saat ini cukup padat sehingga sering menyebabkan antrean panjang kendaraan,” ujarnya. (Yan Yusuf/Haryudi)
(Dani Jumadil Akhir)