Serangkaian ledakan bom itu memaksa Pemerintah Sri Lanka mendeklarasikan perburuan tersangka pada Minggu malam dan menutup seluruh akses ke media sosial, termasuk Facebook dan WhatsApp.
Aparat menangkap tujuh tersangka hingga memakan tiga korban dari pihak kepolisian saat melakukan penggerebekan. Tragedi ini merupakan serangan teroris terburuk yang pernah terjadi di Sri Lanka sejak berakhirnya perang sipil pada 10 tahun silam.
Seperti dilansir Reuters, jasad para korban dapat terlihat tergeletak di lantai, darah berceceran di bangku gereja, dan puing-puing atap yang antah berantah berserakan di mana-mana. Sejauh ini tuduhan terhadap NJT tidak dapat diverifikasi. Namun, Sri Lanka sering terlibat konflik besar antar umat beragama. Umat Kristen mengaku sering mendapatkan intimidasi dari kelompok Buddha selama beberapa tahun terakhir.
Begitu pun dengan kelompok minoritas muslim yang ditekan Buddha Sinhalese. Perdana Menteri (PM) Sri Lanka Ranil Wickremesinghe tidak berkomentar mengenai hal ini. Namun, dia mengecam serangan tersebut, terlepas siapapun pelakunya. Dia bahkan menyeru warga Sri Lanka agar bersatu padu dan memperkuat barisan.
“Tolong hindari menyebarkan laporan hoaks dan spekulatif,” katanya.
Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena menerjunkan pasukan khusus gabungan kepolisian dan militer untuk menyelidiki pengeboman itu, juga mencari kemungkinan agenda berikutnya.
Selain memburu tersangka, keamanan di titik-titik ramai dan rawan juga diperketat, termasuk di Bandara Internasional Colombo. Berdasarkan data Aliansi Evangelis Kristiani Nasional Sri Lanka (NCEASL), Sri Lanka telah mengalami 86 peristiwa diskriminasi, ancaman, dan kekerasan terhadap umat Kristen pada tahun lalu.
Sepanjang tahun ini NCEASL mencatat 26 insiden, termasuk saat biksu Buddha mengganggu ibadah mereka pada 25 Maret. Di hadapan 70.000 orang di Basilika Kepausan Santo Petrus, Paus Fransiskus mengecam kekerasan itu. Dia menyerukan perdamaian, mendesak politisi agar berhenti melakukan perlombaan senjata, dan menyeru mereka menyambut para pengungsi yang kelaparan dan menghentikan pelanggaran hak asasi manusia. (Muh Shamil)
(Dani Jumadil Akhir)