Bender mempertanyakan apakah orang-orang yang lebih tua akan kalah saing. "Stereotipnya adalah generasi tua tidak mengikuti teknologi sebaik mereka yang lebih muda, tapi ada anggapan bahwa orang-orang yang lebih muda tidak menghargai privasi layaknya generasi tua, jadi mungkin mereka yang lebih muda punya risiko lebih besar," ujarnya.
Baik tua maupun muda, Bender yakin bahwa orang yang lebih makmur bisa lebih baik menjaga diri mereka dari situasi kerja yang tidak stabil, karena mereka punya lebih banyak uang.
Singh setuju. Ia mengatakan bahwa sistem "ketidaksetaraan pengawasan" dua-jalur berisiko membuat mereka yang punya harta dan memiliki dukungan perusahaan bisa menuntut diberi kondisi yang lebih baik, sementara yang tidak punya itu semua akan berakhir menderita.
Untuk itu, kemungkinan besar akan ada banyak karyawan yang bekerja keras dalam pekerjaan dengan bayaran rendah.
Kekeringan otak
"Jika kita mengikuti sistem kerja kontrak yang tengah merebak, kita harus melakukan perubahan pola pikir yang mendasar," ujar Bender.
Contohnya, sistem jaminan kesehatan masyarakat Inggris (NHS) dan penyedia jaminan kesehatan lainnya kemungkinan harus mengalokasikan lebih banyak tengaga kerja untuk membantu orang-orang dengan masalah kesehatan jiwa, karena akan banyak orang yang stres akibat tidak punya kepastian kerja.
Karyawan agensi kehumasan, Stone, mengatakan meskipun tidak ada orang yang pernah mengkritisi jam kerjanya, fakta bahwa ia mengetahui atasannya sangat mengawasi performa kerjanya membuatnya tertekan.
"Di tengah banyaknya tekanan, itu menjadi satu hal lagi yang harus saya cemaskan. Di kepala Anda, Anda terus berpikir bahwa mungkin atasan Anda menganggap hasil kerja Anda tidak memuaskan."
Pengawasan ketat juga bisa menghancurkan rasa saling percaya di lingkungan kerja. Email dan pesan milik Carly Thompsett yang bekerja sebagai asisten admin pada sebuah tim penjualan dibaca oleh atasannya.
"Kejadian itu menciptakan kerenggangan antara kami dan manajer karena kami merasa diperlakukan seperti anak-anak."
"Pengawasan itu juga terus berlanjut di kehidupan nyata. Jika kami mempertahankan diri atau mengatakan pada satu sama lain bahwa kami terus menerus diawasi, rasanya kami seperti ada di dalam penjara," ujarnya.
"Ada aspek Orwellian yang membingungkan dalam jenis pengawasan seperti ini karena kemungkinan setiap pergerakan karyawan dapat dimonitor dan diamati tanpa perlu dikontrol, dan mereka tidak tahu bahwa informasi yang diperoleh bisa digunakan tanpa batas oleh bos mereka," ungkap Theodossiou.