Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Awas, Karyawan Berpotensi Dimata-matai Atasan bak 'Dipenjara'!

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Selasa, 23 Juli 2019 |17:38 WIB
   Awas, Karyawan Berpotensi Dimata-matai Atasan bak 'Dipenjara'!
Foto: Ist
A
A
A

Ia memperingatkan, pengawasan secara terus menerus dapat memutus kemampuan karyawan untuk mengontrol kehidupan mereka di lingkungan kerja, dan hal itu dapat menyebabkan performa yang rendah dan tingkat stres tinggi.

Kondisi kerja seperti itu dapat secara signifikan merugikan populasi kerja, baik secara mental maupin fisik.

"Meski ada gagasan positif di balik pengawasan karyawan, seperti keamanan dan pengakuan prestasi kerja, tampaknya hal ini kerap diterapkan dengan cara yang menambah stres sekaligus mengurangi keleluasaan dan martabat karyawan itu sendiri," kata Naomi Climer, wakil presiden Royal Academy of Engineering.

Geliat Transaksi Nontunai dengan Alat Pembayaran Digital di Pasar Mayestik

Sebuah kontrak sosial

 

Sistem kerja kontrak dipersalahkan karena menyebabkan masyarakat miskin menjadi semakin rentan. Dengan penerapan teknologi pengawasan tingkat tinggi, nasib mereka tergantung pada upaya pemerintah, organisasi dan serikat buruh untuk menciptakan kerangka peraturan untuk melindungi mereka yang rentan terhadap risiko.

Singh berkata, kita memerlukan sebuah kontrak sosial yang baru, atau jejaring pengaman Abad ke-21, untuk memungkinkan setiap orang sejahtera dan sukses. "Dan kesejahteraan 2.0 harus bisa sebesar dan sekuat visi Beveridge yang menciptakan negara sejahtera lebih dari tujuh dekade lalu."

Seperti Winston Smith yang melawan Big Brother dalam novel 1984, David Spencer, kepala jurusan ekonomi di Leeds University Business School, yakin bahwa akan ada penolakan terhadap sistem pengawasan berlebihan, dan hal itu akan menghentikan dampak yang timbul.

"Pada akhirnya, kita punya pilihan bagaimana teknologi ini akan berkembang," kata Spencer.

Singh mencontohkan beberapa hal terkait pilihan-pilihan itu: "Kita perlu memberitahu atasan kita, secara bersama-sama, bahwa memberi label para buruh pabrik itu tidak baik. Kita harus mendorong agar legislasi tentang HAM dipikirkan ulang di tengah era pengawasan super ketat," ujarnya.

"Kita perlu berserikat dengan cara-cara yang lebih inovatif untuk memastikan suara kita didengar. Kita perlu forum untuk mendiskusikan etika praktik otomatisasi dan sistem kecerdasan buatan, dan kita perlu menceritakan juga menyampaikan praktik buruk (pekerjaan) dan membujuk pemerintah serta pelaku industri ke pihak kita."

Sehingga kebebasan tidak harus berujung pada perbudakan, dan kita mungkin bisa menghentikan aksi Big Brother yang terlalu mengawasi kita jika kita melakukannya dengan hati-hati.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement