JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution meninjau langsung pengembangan katalis khusus yang akan menjadi pendorong diproduksinya green fuel berbasis minyak sawit, oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Pertamina. Hasil pengembangan ini akan diarahkan untuk mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM), sehingga menghemat devisa negara.
Katalis merupakan salah satu komponen penting dalam proses pengolahan minyak bumi, yang selama ini masih banyak tergantung dari impor.
Baca Juga: Dari B20, Jokowi Ingin Loncat ke B50 pada Akhir 2020
Katalis yang dilakukan Pusat Rekasaya Katalisis Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama dengan Pertamina Research and Technology Centre (RTC) dapat memproduksi bahan bakar beroktan 90 hingga 120, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhannya.
“Oleh karena itu, Pemerintah sangat menghargai Perguruan Tinggi yang telah mengembangkan komoditas lokal seperti CPO menjadi green fuel yang setara dengan Solar atau Pertamax. Proses ini tentunya akan memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit, namun di masa depan akan mengurangi ketergantungan kita terhadap impor BBM,” ujar Darmin Nasution dalam keterangan tertulis, Jumat (6/9/2019).

Dia berharap, ITB dapat mengembangkan katalis khusus secara komersial yang akan menjadi pendorong diproduksinya green fuel berbasis CPO. “Tentunya ITB dapat bekerjasama dengan Dunia Usaha seperti PT Pertamina (Persero), sehingga hasil penelitian berupa katalis dapat diimplementasikan di kilang PT Pertamina,” imbuhnya.
Baca Juga: Panggil Arcandra, Menko Darmin Evaluasi Uji Coba B30
Darmin juga mengimbau agar Kementerian terkait, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS), PT Pertamina (Persero) serta BUMN lainnya bisa memberi dukungan penuh terhadap penelitian dan pengembangan Bahan Bakar Nabati yang dilakukan ITB tersebut. Sehingga industri biohidrokarbon nasional dapat diwujudkan guna mendukung ketahanan energi.
Sebagai langkah awal, sudah ada komitmen dari 10 perusahaan sawit untuk membangun green refinery yang akan memproduksi green biofuel. Darmin menyatakan, untuk langkah selanjutnya, jika green biofuel sudah dapat diproduksi, maka green diesel akan diolah sebagai bahan bakar nabati.

Misalnya produksi B50, yang merupakan campuran B30 dan D20. Hal ini melanjutkan kebijakan pemerintah terkait B20 yang sudah berlangsung sejak 2016.
“Dengan demikian lambat laun kita dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM sekaligus mengantarkan kelapa sawit berjaya sebagai komoditas primadona Indonesia di pasar global,” tutupnya.
Baca Juga: Penghematan Devisa dari B20 Ditargetkan Rp42,05 triliun
(Rani Hardjanti)