JAKARTA - Pemerintah akan segera menjalankan program biodisel 30% per 1 Januari 2020. Program ini tindak lanjut dari kebijakan sebelumnya, yakni B20 yang sudah berjalan satu tahun.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pelaksanaan program B30 ini bertujuan untuk mengatasi masalah neraca perdagangan. Di mana saat ini neraca perdagangan masih defisit dan terbesar berasal dari impor migas masih tinggi.
Baca Juga: Program B20 Hemat Devisa Rp35,58 Triliun
Jadi tak hanya menekan defisit neraca perdagangan, penerapan B30 juga bisa menghemat devisa negara. Pemerintah bisa menghemat pendapatan negara hingga USD8 miliar atau sekitar Rp112,8 triliun (mengacu kurs Rp14.000 per USD).
"Jadi kalau sekarang dengan program B30 itu kebutuhan kelapa sawit terserap CPO itu 10 juta kiloliter. Berarti penghematan devisa itu bisa mencapai USD8 miliar dan ini bisa efektif mengurangi defisit neraca dagang," ujarnya, CEO Forum di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (28/11/2019).
Baca Juga: Impor Solar Turun 45% berkat B20
Saat ini pemerintah tengah mempersiapkan roadmap pelaksanaan program tersebut. Nantinya akan digabungkan dalam satu peraturan jangka panjang menangani defisit neraca dagang.
"Ini sedang kita siapkan juga dengan berbagai kementerian programnya adalah terkait dengan defisit neraca perdagangan dan pengurangan CAD. Beberapa program itu adalah mandatory B20. Bahkan kita siapkan roadmap B50, B70, Bahkan B100. Untuk CPO ini kita targetkan dalam dua tahun," ujarnya.