JAKARTA - Mata uang terbaik se-Asia tahun 2019 Baht Thailand kini menjadi salah satu yang terburuk di tahun 2020 sebagai imbas virus korona di China. China merupakan kunci penting perekonomian negara gajah putih tersebut.
Mata uang Baht melemah sekitar 4,1% terhadap dolar Amerika Serikat sejauh ini di tahun 2020. Angka ini merupakan setengah dari besaran kenaikannya terhadap mata uang greenback tersebut pada 2019, yang sebesar 7,9%.
 Baca juga: Thailand Akan Luncurkan Bursa Khusus Startup
Ekonom senior di bank investasi Prancis Natixis, Trinh Nguyen memandang ketergantungan ekonomi Thailand terhadap permintaan eksternal, utamanya dari China merupakan faktor salah satu faktor pemicu penurunan yang dialami negara dengan ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara ini.
Pendapatan pariwisata dari Tiongkok menyumbang sekitar 2,7% dari Produk Domestik Bruto (GDP) Thailand. Thailand setidaknya menerima 10,5 juta turis asal Tiongkok di tahun 2018. Sementara ekspor ke China bernilai 6% dari GDP Thailand.
 Baca juga: Kisah Dramatis Anjloknya Baht Thailand di 1997
"Inilah sebabnya kami memangkas perkiraan GDP menjadi hanya 2,2% tahun ini dan itu berarti bahwa Thailand sangat jauh dari target Bank Dunia sebesar 5% jika ingin mencapai status pendapatan tinggi dalam sekitar satu dekade," pungkas Nguyen, seperti dilansir Okezone dari CNBC, Jumat (7/2/2020).
Kementerian Pariwisata Thailand memperkirakan bahwa berkurangnya wisatawan dari Tiongkok akan mengakibatkan Thailand kehilangan pendapatan sekitar 50 miliar baht atau USD1,61 miliar atau Rp21,99 triliun (Kurs Rp13.662/USD).
Dalam upaya untuk meningkatkan ekonomi Thailand, Bank of Thailand secara mengagetkan memangkas suku bunga kebijakan ke level terendahnya sepanjang masa. Menanggapi hal ini beberapa ekonom menilai pemotongan ini tidak cukup untuk menyelamatkan perekonomian negara tersebut.
Follow Berita Okezone di Google News