Baca juga: Ekspor Salak Tembus Pasar Jerman hingga Inggris
Meski besaran fasilitas itu berpotensi menghilang, Airlangga mengaku optimistis dapat menyelesaikan perjanjian yang saling menguntungkan antar kedua negara. Menurutnya, tak masalah penghapusan status negara berkembang oleh AS tersebut, sebab Indonesia juga bisa mendorong dengan meningkatkan daya saing produk.
"Ya kita kan optimis. Sekarang kan kita punya GSP yang hanya 20%. (Nanti) kita bisa berdaya saing, (jadi) tidak masalah," kata Airlangga.
Sekedar informasi, Kantor Perwakilan Perdagangan AS (USTR) mencoret Indonesia dari daftar negara berkembang dan memasukkan ke negara maju, yang disampaikan pada Senin (10/2/2020) lalu.
Selain Indonesia, terdapat sejumlah negara yang juga dihapus AS dari daftar negara-negara berkembang, di antaranya Argentina, Brasil, China, Hong Kong, India, Malaysia, Singapura, Afrika Selatan, Korea Selatan, Thailand, Ukraina, hingga Vietnam.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)