JAKARTA - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi menilai krisi ekonomi yang terjadi saat ini berbeda dengan 1998. Menurutnya, resesi yang terjadi saat ini belum tentu berujung krisis.
"Resesi itu biasanya mendahului krisis, tetapi tidak selamanya resesi itu akhirnya akan berujung krisis," katanya dalam polemik MNC Trijaya FM bertajuk 'Efek Resesi di Tengah Pandemi', Sabtu (6/11/2020).
Baca Juga: Kunci Ekonomi Sembuh dari Resesi Ada di Orang Kaya, Ini Penjelasannya
Dia menjelaskan, saat 1998 fundamental ekonomi Indonesia masih sangat lemah. Sehingga saat itu ekonomi RI terkontraksi sampai minus 13%.
"Tahun 1998 itu banyak sekali bobroknya perekonomian kita sangat rapuh pada saat itu. Kenapa? Karena dari sisi makro prudensial, dari sisi penjagaan sektor moneter, dari sisi keleluasaan dan kapasitas fiskal kita itu sangat terbatas." tandasnya.
Baca Juga: Perlukah Mengosongkan Saldo di Rekening saat Indonesia Resesi?
Hal itu berbeda dengan krisis saat ini, sebab faktor penyebabnya juga jauh berbeda karena saat ini disebabkan oleh Pandemi Covid-19. Namun, secara fundamental ekonomi RI sudah kuat.
"Memasuki tahun 2020 angka PMI kita Januari-Februari itu sudah diatas 51%. Itu artinya industri kita sudah masuk wilayah ekspansi. Tetapi harus jatuh di bulan ketiga yang memang ini adalah exogenous shock," tandas Faisal.
(fbn)